Contoh biografi

What kind of representation should be receiving wider depictions and acceptance in Indonesian mainstream media?

2022.06.20 03:01 ShigeruAoyama What kind of representation should be receiving wider depictions and acceptance in Indonesian mainstream media?

We get it, the depiction of same sex couple in Lightyear is controversial . Dan meskipun representasi atas variasi orientasi seksual mungkin merupakan suatu hal yang relevan dan signifikan di berbagai negara di barat, tetapi hal tersebut sepertinya kurang relevan untuk ditampilkan di negara dan budaya Indonesia, setidaknya dalam waktu dekat.
Nah gara-gara itu saya jadi kepikiran, tanpa mengesampingkan diskusi mengenai representasi LGBTQ di media, kira-kira representasi apa lagi yang dapat atau perlu dimasukkan dalam media-media Indonesia?
Beberapa di Malaysia itu merupakan contoh yg baik, contoh Upin dan Ipin memasukkan berbagai jenis representasi (Malayan, Chinese, Indian, Malay Indonesia, feminine male, academically challenged, etc)
Adapun kalau melihat di Indonesia, medianya cenderung Jakarta sentris (not even Pulau Jawa sentris). Beberapa film legendaris seperti Warkop itu sangat kental budaya Betawi dan Jakarta. Memang sih belakangan beberapa film yang mencoba mengangkat suku dan etnis lain meskipun biasanya ditampilkan dalam bentuk komedi.
Kalau dari serial, Wishnutama yang paling getol. Di trans TV misalnya, serial Bajaj Bajuri cukup diverse, karena mereka menampilkan multi etnis eg Betawi, Jawa, Arab, Batak, etc, ada Keluarga Minus yang menampilkan representasi Papua, dan di Extravaganza ada diversity berupa trans (Aming) dan juga plus sized character (Rony Dozer, Tike Priatnakusumah), terus aktor bertato macam Tora Sudiro, yang membuat tato lebih bisa diterima di masyarakat, meski tidak menampik juga bahwa representasi itu lebih cenderung stereotipikal dan bersifat komedi. Ketika si wishnutama pindah ke Net, dia juga membawa beberapa diversity, seperti Tetangga Masa Gitu, and to some degree, drama komedi The East
Kalau dari film, ada beberapa representasi etnis, misalnya Batak (Naga Bonar, Ngeri - ngeri Sedap, Jawa (Yo Wis Ben, Lara Ati), Belitung (Laskar Pelangi). Beberapa film juga memasukkan karakter yang diverse dalam satu judul. Contoh Cek Toko Sebelah juga cukup diverse karena ada karakter Chindo, Jawa, Batak. Selain itu ada juga film-film biografi dan sejarah yang sedikit banyak pasti menampilkan nilai dan budaya dari karakter tsb maupun konteks kejadian sejarah yg menyertainya. Misal film Soegija dan Sang Pencerah memberikan gagasan mengenai peran dari tokoh dari latar belakang identitas tertentu dalam sejarah Indonesia.
Diversity di media Indonesia sendiri seperti yang saya sampaikan umumnya lebih bersifat komedik, tapi ada juga beberapa film yang mengangkat mengenai identitas-identitas dan lebih bersifat serius. Contohnya identitas keagamaan versus percintaan, baik karena adanya dogma dalam percintaan sesama agama (mis Ayat-ayat Cinta dan Ave Maryam) atau karena ada beda agama (3 Hati 2 Dunia 1 Cinta dan Cin(t)a).
Kalau semisal di buku-buku atau novel mungkin ada lebih banyak lagi ya, misal representasi ateis dlm novel Atheis oleh Achdiat Karta Mihard atau representasi gay dari Supernova nya Dee lestari. Not to mention, fanfiction K Pop yg mengangkat BL (boys love) / yaoi di Wattpad dan ditulis oleh orang-orang Indonesia
Nah, menurut kalian kira-kira representasi apa yang dapat atau perlu lebih banyak ditampilkan di film dan Media Indonesia? Atau apakah film dan media di Indonesia itu sudah cukup representative dan diverse?
Kalau semisal menurut saya
  1. Agama KTP (irreligionism, atheisme, etc). Karakter ataupun film tentang karakter yang secara terbuka tidak religius itu sepertinya masih sangat jarang atau bahkan tidak ada, terutama yang plot dan endingnya adl embracing the irreligionism. Well secara teknis ada sih novel Atheis, tapi saya tidak bisa memikirkan judul lain yang membahas mengenai irreligionism. Meski saya kayaknya merasa bahwa, say, muslim KTP itu banyak di Indonesia tapi entah kenapa saya jarang melihat film atau karakter yang menyertakan identitas muslim KTP itu.
  2. Masih relevan dengan agama KTP, yakni perilaku yang sedikit banyak nggak sesuai dengan norma agama, misalnya pindah agama, perempuan yang buka jilbab dan being celebrated for it, atau pacaran beda agama, tapi endingnya adalah bisa menjalani identitas beda agama itu secara terbuka hingga pernikahan, dan being celebrated for it (like family drama tapi suami dan istri beda agama)
  3. Ethnic atau religious minority yg sukses menjabat posisi politik tertentu. Misalnya di Amerika kan nggak jarang ada film yang presidennya Black or woman. Nah, saya ingin melihat ada film yang presiden apa minimal walikotanya itu adalah Chinese Christian. And no, film biografi Ahok does not count.
  4. Masih relevan dengan yang di atas yakni diskriminasi etnis atau agama di tempat kerja. Misal tempat kerja yang mengharuskan perempuan untuk menggunakan rok pendek, atau sebaliknya orang-orang chindo yang memandang rendah mengenai pribumi
  5. Film di mana ada karakter yg yang mengidap kondisi mental diperlakukan dengan baik, atau minimal di address mengenai fenomenanya di mana mereka kadangkala masih diperlakukan atau distigma sebagai orang yang "gila", dipasung, atau simply kurang beragama / kurang beribadah.
  6. LGBTQ tentu saja dapat menjadi representasi, setidaknya menampilkan para trans yang tidak menjadi pengamen atau entertainer di jalanan. Kalau yang seperti ini kelihatannya udah mulai ada sih karena kita nggak bisa menampik bahwa crossdresser itu juga bagian dari budaya kita.
  7. Lebih banyak representasi dari bagian Indonesia timur dan tengah, atau suku /.etnis minoritas lain. Contoh yang saya sampaikan di atas itu kebanyakan dari Indonesia barat (Batak, Jawa, etc). Di Indonesia tengah mungkin yang populer film yang melibatkan orang Bali saja, tapi katakanlah jarang sekali ditampilkan karakter yang memiliki identitas Kalimantan atau Sulawesi, misal orang Dayak, Atau juga karakter suku Badui dari Kampung Naga, atau mereka yang menganut agama kejawen / Sunda Wiwitan.
  8. Kalangan muda marjinal, jadi milenial atau gen z yang hidupnya menengah ke bawah, bahkan tinggal di gang-gang sempit di ibukota. Atau justru yang tinggal di pelosok dan belum tersentuh roda pembangunan. Atau malah Sebaliknya kalangan muda yang sangat privileged, sehingga mereka punya ekspektasi atau pressure tertentu dari orang tua/keluarga dan masyarakat
submitted by ShigeruAoyama to indonesia [link] [comments]


http://rodzice.org/