Bibiku oh bulik

Poker sesudahnya

2019.06.13 06:51 satuqqpoker1 Poker sesudahnya

Ketika sendirian dengan Poker sesudahnya, dia berbicara lebih banyak tentang masalah itu. '' Tampaknya itu merupakan pertandingan yang diinginkan untuk Jane, '' katanya. `` Saya minta maaf itu meledak. Tetapi hal-hal ini sering terjadi! Seorang pria muda, seperti Anda menggambarkan Mr. Bingley, sangat mudah jatuh cinta dengan seorang gadis cantik selama beberapa minggu, dan ketika kecelakaan memisahkan mereka, begitu mudahnya melupakannya, sehingga ketidaknyamanan semacam ini sangat sering terjadi. ''
`` Penghiburan yang sangat baik di jalannya, '' kata Poker , `` tetapi itu tidak akan berlaku untuk _us_. Kami tidak menderita karena kecelakaan. Tidak sering terjadi bahwa campur tangan teman-teman akan membujuk seorang pria muda yang kaya raya untuk tidak lagi memikirkan seorang gadis, yang dia cintai dengan cintanya hanya beberapa hari sebelumnya. ''
`` Tetapi ungkapan "kekerasan dalam cinta" itu begitu usang, begitu diragukan, begitu tidak terbatas, sehingga itu memberi saya sedikit sekali ide. Hal ini sering diterapkan pada perasaan yang timbul dari kenalan setengah jam, seperti keterikatan yang nyata dan kuat. Berdoalah, bagaimana _violent_ _ adalah cinta Mr. Bingley? ''
“Saya tidak pernah melihat kecenderungan yang lebih menjanjikan. Dia tumbuh cukup lalai untuk orang lain, dan sepenuhnya terpikat olehnya. Setiap kali mereka bertemu, itu lebih ditentukan dan luar biasa. Di bolanya sendiri dia menyinggung dua atau tiga wanita muda dengan tidak meminta mereka untuk menari, dan aku sendiri berbicara kepadanya dua kali tanpa menerima jawaban. Mungkinkah ada gejala yang lebih baik? Bukankah ketidaksopanan umum merupakan inti dari cinta? ''
`` Oh, ya! - Jenis cinta yang kurasa telah dia rasakan. Jane yang malang! Saya menyesal untuknya, karena, dengan wataknya, dia mungkin tidak segera mengatasinya. Lebih baik terjadi pada _you_, Lizzy; kamu akan tertawa sendiri keluar dari itu lebih cepat. Tetapi apakah Anda pikir dia akan menang untuk kembali bersama kami? Pergantian pemandangan mungkin bisa membantu - dan mungkin sedikit bantuan dari rumah, mungkin berguna seperti apa pun. ''
Poker sangat senang dengan proposal ini, dan merasa yakin akan persetujuan saudara perempuannya.
`` Saya harap, '' tambah Ny. Gardiner, `` bahwa tidak ada pertimbangan mengenai pemuda ini akan memengaruhinya. Kami tinggal di bagian kota yang sangat berbeda, semua koneksi kami sangat berbeda, dan, seperti yang Anda ketahui, kami keluar begitu sedikit, sehingga sangat tidak mungkin mereka harus bertemu sama sekali, kecuali dia benar-benar datang untuk melihatnya. ' '
`` Dan _that_ sangat tidak mungkin; karena dia sekarang dalam tahanan temannya, dan Tuan Darcy tidak akan lagi menderita untuk memanggil Jane di bagian London yang seperti itu -! Bibiku tersayang, bagaimana kamu bisa memikirkannya? Tn. Darcy mungkin pernah mendengar tempat seperti Jalan Gracechurch, tetapi dia tidak akan berpikir wudhu satu bulan cukup untuk membersihkannya dari kotorannya, jika dia pernah memasukinya; dan bergantung padanya, Mr. Bingley tidak pernah bergerak tanpanya. ''
`` Jauh lebih baik. Saya harap mereka tidak akan bertemu sama sekali. Tetapi apakah Jane tidak sesuai dengan saudari itu? _She_ tidak akan dapat membantu menelepon. ''
'' Dia akan menjatuhkan kenalan sepenuhnya. ''
Namun terlepas dari kepastian di mana Poker mempengaruhi untuk menempatkan poin ini, serta yang lebih menarik dari Bingley ditahan dari melihat Jane, dia merasakan perhatian pada subjek yang meyakinkannya, pada pemeriksaan, bahwa dia tidak mempertimbangkan sepenuhnya tidak ada harapan. Itu mungkin, dan kadang-kadang dia berpikir itu mungkin, bahwa kasih sayang-nya mungkin digerakkan kembali, dan pengaruh teman-temannya berhasil diperangi oleh pengaruh yang lebih alami dari daya tarik Jane.
Miss Bennet menerima undangan bibinya dengan senang hati; dan keluarga Bingley tidak sebaliknya dalam pikirannya pada saat itu, daripada ketika dia berharap bahwa, oleh Caroline yang tidak tinggal di rumah yang sama dengan saudara lelakinya, dia kadang-kadang menghabiskan satu pagi bersamanya, tanpa bahaya melihatnya.
Keluarga Gardiner tinggal seminggu di Longbourn; dan bagaimana dengan para Philip, Lucases, dan para perwira, tidak ada hari tanpa pertunangannya. Nyonya Bennet dengan hati-hati menyediakan hiburan untuk kakak dan adiknya, sehingga mereka tidak pernah duduk untuk makan malam bersama keluarga. Ketika pertunangan itu untuk rumah, beberapa petugas selalu menjadi bagian dari pertunangan itu, yang pasti akan dijadikan sebagai perwira Mr. Wickham; dan pada kesempatan-kesempatan ini, Ny. Gardiner, yang merasa curiga dengan pujian hangat Poker kepadanya, dengan sempit mengamati mereka berdua. Tanpa mengira mereka, dari apa yang dilihatnya, untuk menjadi sangat serius dalam cinta, preferensi mereka satu sama lain cukup jelas untuk membuatnya sedikit tidak nyaman; dan dia memutuskan untuk berbicara dengan Elizabeth mengenai masalah itu sebelum dia meninggalkan Hertfordshire, dan menyatakan padanya ketidakrujuran untuk mendorong keterikatan semacam itu.
Bagi Ny. Gardiner, Wickham memiliki satu cara untuk memberikan kesenangan, tidak berhubungan dengan kekuatan umumnya. Sekitar sepuluh atau belasan tahun yang lalu, sebelum pernikahannya, dia telah menghabiskan banyak waktu di bagian Derbyshire tempat dia berasal. Karena itu, mereka memiliki banyak kenalan yang sama; dan, meskipun Wickham hanya ada sedikit di sana sejak kematian ayah Darcy, lima tahun sebelumnya, masih dalam kekuasaannya untuk memberinya kecerdasan yang lebih segar dari teman-temannya yang dulu, daripada yang ia miliki dalam cara pengadaan.
Mrs. Gardiner telah melihat Pemberley, dan mengenal almarhum Poker dengan karakternya dengan sangat baik. Di sini, akibatnya, adalah subjek wacana yang tidak ada habisnya. Dalam membandingkan ingatannya tentang Pemberley dengan deskripsi kecil yang bisa diberikan Wickham, dan dalam memberikan upeti pujiannya pada karakter pemiliknya yang terlambat, dia senang baik dia maupun dirinya sendiri. Ketika berkenalan dengan perlakuan Mr. Darcy terhadapnya saat ini, ia mencoba mengingat sesuatu tentang watak lelaki terkenal itu, ketika seorang pemuda, yang mungkin setuju dengan hal itu, dan akhirnya yakin bahwa ia ingat telah mendengar Mr. Fitzwilliam Darcy yang sebelumnya disebut sebagai anak lelaki yang sangat sombong dan tidak sopan.
submitted by satuqqpoker1 to u/satuqqpoker1 [link] [comments]


2019.02.03 19:50 Gigibesi Sebuah cerita teman sekelas yang membenci anime (bahkan semua hal yang berbau jejepangan) karena alasan yang tidak biasanya didengar

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Intro: Biasanya, orang tidak suka anime karena alasan yang biasanya didengar (seperti terlalu vulgar, hanya untuk anak-anak, bahkan istilah "otaku" memiliki konotasi negatif di negara Jepang itu sendiri), namun bagaimana jika ada alasan untuk membenci anime karena wasiat dari kakek seorang veteran perang (atau pejuang kemerdekaan indonesia dalam kasus di indonesia)?

Baik, jadi ceritanya seperti ini.

Waktu itu aku duduk di kelas 2 SMK jurusan teknik komputer dan jaringan. Pada saat jam kosong, anak-anak langsung melakukan sesuatu untuk mengisi waktu kosong mereka agar mereka tidak bosan. Ada yang nonton anime di laptop mereka, ada yang main hape, bahkan ada yang tertidur. Aku sendiri justru mengisi waktu kosong dengan belajar bahasa mandarin untuk les mandarinku.

Tiba-tiba ada seorang teman sekelas yang marah (sebut saja namanya Reza), merusak hape milik teman. Setelah Reza merusak hape milik teman lain dan adu mulut dengan teman tersebut, ia langsung keluar kelas. Tidak biasanya bagiku untuk melihat ia bertingkah seperti itu. Apalagi itu sungguh nakal karena merusak barang berharga milik orang lain. Mengingat juga Reza adalah sahabat baikku, bahkan ia teman sebangkuku. Banyak teman-teman sekelas yang membujuk aku untuk ajak bicara dengan Reza karena mereka tahu bahwa aku dan Reza adalah teman sekawan yang baik.

Aku pun pergi keluar kelas untuk menemui Reza. Aku melihat Reza duduk di bangku dekat lapangan yang berada di lantai bawah. Aku pergi ke bawah untuk menemuinya. Setelah itu aku ajak bicara dengannya.

"Hei Reza, kok kamu langsung marah. Kau merusak hape punya Santi. Itu sungguh nakal." Ujar aku dengan nada yang "menindas"
"Oh ya? Mengapa? Karena dia menunjukkan anime padaku, dan aku sangat tidak menyukainya!" Balas Reza dengan kesal.
"Dengar, sekali lagi aku bilang, itu sungguh nakal. Jika kamu tidak suka, kau bisa beritahu dengan baik kepada Santi bahwa kamu tidak suka dengan anime. Lagipula, mengapa sampai begitu kesalnya kau melakukan itu?"
"Jika aku ceritakan, merekan akan mengolok-olok cerita aku, pasti akan! Mereka akan menganggap bahwa itu semua hanyalah omong kosong. Itu juga aku tidak bisa menceritakannya kepada kedua orangtuaku!"
"Jadi kau sempat menceritakannya kepada teman-temanmu sebelumnya?"
"Pada waktu SMP khususnya di saat aku tidak memiliki sahabat yang bisa kupercaya. Dan kau bisa menebaknya, mereka mengolok-olokan aku dan cerita itu."
"Nah sekarang kan kamu punya sahabat baik, bahkan sebangku, yaitu aku. Ingat?"
"Ya mungkin kau benar." Ujar Reza dengan perasaan menyesal. "Oh ya, bagaimana kalau kau ikut main ke rumahku sepulang sekolah?"
"Tunggu, mengapa sekarang?" Tanya aku bingung.
"Kan kamu bilang kau sahabat baikku jadi aku ajak kamu untuk main ke rumahku. Lagipula ini ada kaitannya juga dengan mengapa aku dapat nilai pelajaran bahasa jepang yang jelek."
"Ya sudah, tapi aku beritahu ibuku dulu." Kata aku sambil mengeluarkan hapeku untuk mengirim pesan kepada ibuku.
"Ayo kita kembali ke kelas." Ajak Reza.
"Ayo."
Akhirnya aku dan Reza jalan kembali ke kelas.

Sepulang sekolah, sesuai janji, aku ikut dengan Reza untuk main ke rumahnya dengan motornya. Itu juga aku sudah minta izin kepada ibuku untuk main ke rumah teman. Sesampainya di rumah, aku langsung lepas sepatu dan kaus kaki dan masuk ke dalam rumah. Aku langsung duduk di sofa ruang tamu yang dekat dengan pintu masuk. Sedangkan Reza langsung menghampiri orangtuanya untuk mengambil sesuatu. Aku yang duduk di sofa ruang tamu mangambil hapeku sambil menunggu Reza. Beberapa saat kemudian Reza datang ke ruang tamu membawakan sebuah amplop.

"Oke, ini dia. Apa yang akan aku ceritakan itu bukanlah masalah kecil." Kata Reza yang langsung duduk di kursi sambil mengeluarkan selembar kertas dari dalam amplop.
Aku yang melihatnya itu sungguh terkejut bahwa itu adalah surat wasiat. "Tunggu, ini surat wasiat?"
"Iya, itu adalah surat wasiat yang ditulis oleh kakekku seorang veteran pejuang kemerdekaan indonesia, untuk membenci jepang apapun alasannya. Dan itu sebabnya mengapa aku, keluargaku dan kerabatku dilarang mengapresiasikan jepang, kebudayaannya, apalagi anime."
"Oh begitu. Jadi, bagaimana ceritanya hingga kakekmu itu menulis surat wasiat itu?"
"Pertanyaan bagus, namun sepertinya aku tidak bisa cerita banyak. Yang jelas, pada tahun 1998, kakekku menulis 3 surat wasiat yang sama untuk ayahku, pamanku dan bibiku. Dan pada tahun 2000, kakekku meninggal. Bahkan pada saat kakekku masih hidup, ayahku, pamanku dan bibiku dilarang untuk menonton tayangan kartun jepang, atau yang dikenal sebagai anime."
Melihat isi surat wasiat dan mendengar sedikit cerita dari Reza, aku merasa semakin yakin alasan Reza membenci anime. Jika Reza berbohong soal surat wasiat tersebut aku rasa tidak mungkin dia berbohong. Karena jika ada hal yang serius yang ingin disampaikan seperti masalah ini, Reza akan selalu jujur apa adanya, khususnya kepada sahabat baik seperti aku. Kecuali jika dia berbohong dalam konteks bercanda, pada akhirnya dia pasti akan memberitahu bahwa itu bohong. Aku sejujurnya belum pernah dengar bahwa Reza sendiri membenci anime, namun aku hanya tahu bahwa nilai pelajaran bahasa jepang Reza seringkali jelek. Jika aku jadi dia, aku akan frontal dan menyobek semua surat wasiat tersebut agar wasiat beliau tercabut. Tentu aku ingin sekali mencabut wasiat tersebut karena sangat memberatkan di zaman ini. Namun jika aku menyobeknya sendiri kedengarannya sangat lancang di hadapan Reza, dan keluarganya. Aku tidak bisa berkata sedikitpun sebagaimana aku merasa bingung mau aku apakan dengan surat tersebut. Namun aku punya suatu materi yang ingin disampaikan kepada teman-teman.
"Oh ya, bolehkah aku tanya?" Tanya aku.
"Mau tanya apa?" Tanya Reza kembali.
"Jika kakekmu mendengar kabar tentang Jepang telah meminta maaf kepada Indonesia atas kejahatan perang mereka, apa yang kakekmu akan tanggapi?"
"Entahlah, mungkin kakekku tetap memiliki rasa benci terhadap Jepang, rasa benci yang amat, sangat besar hingga ingin membumihanguskan Jepang saking bencinya. Lagipula semangat kakekku melawan jepang untuk memerdekakan Indonesia sangatlah besar, bahkan bergejolak." Jawab Reza.
"Oh ya, bolehkah aku foto surat wasiat ini?"
"Tapi aku punya ide yang lebih baik. Akan aku kirimkan gambar hasil pindaian itu melalui e-mail. Aku sempat memindai surat tersebut beberapa waktu yang lalu.
"Dan bolehkah aku ceritakan hal ini kepada teman-teman? Kebetulan kan ada tugas bahasa indonesia besok untuk menceritakan suatu hal dengan teman sebangku." Kata aku sambil menaruh surat tersebut di atas meja dekat ruang tamu.
"Kumohon ceritakan."
'Baiklah. Jika boleh berkenan, aku permisi terlebih dahulu. Aku ingin pulang. Dan jangan lupa untuk kirimkan aku gambar pindaian tersebut."
"Oke."

Setelah mendengarkan cerita tersebut, aku memutuskan untuk kembali pulang ke rumah. Pada malam harinya, aku mendapatkan e-mail dari Reza yang berupa gambar yang dijanjikannya itu. Tinggal aku mempersiapkan materi untuk cerita besok. Keesokan harinya pada saat pelajaran bahasa Indonesia, aku dan Reza mendapat giliran maju. Aku bawa laptopku dan aku sambungkan dengan projector kelas. Aku ceritakan semua yang aku tahu dan Reza yang meluruskan apa yang aku ceritakan sambil menunjukkan gambar surat wasiat milik kakek Reza. Mendengar cerita itu, teman-teman sekelas langsung terkagum dengan cerita tersebut, begitu juga dengan guru bahasa Indonesia. Setelah cerita, Reza langsung meminta maaf kepada Santi di depan teman-teman dan ingin memberikan hape Reza kepada Santi sebagai ganti rugi atas rusaknya hape Santi oleh Reza. Namun Santi menolaknya dan meminta agar Reza menyimpan hapenya untuk sendiri karena Santi merasa hal tersebut tidak perlu. Hanya cukup minta maaf saja baginya.

Kita berdua mendapat nilai bagus dalam tugas bahasa Indonesia kita. Reza kembali ke tempat duduknya sementara aku melepaskan sambungan laptopku dengan projector, setelah itu aku kembali ke tempat duduk. Seandainya saja aku tahu cara untuk mencabut wasiat kakek Reza itu yang memberatkan Reza, keluarganya dan kerabatnya...



Baik, sekian dari cerita saya, mohon maaf jika ada kekurangan, masih agak amatir untuk menulis suatu cerita...
submitted by Gigibesi to indonesia [link] [comments]


http://activeproperty.pl/