Percakapan drama

UANG DIGUNAKAN TANPA IJIN

2023.12.24 12:00 Own-Ad-3221 UANG DIGUNAKAN TANPA IJIN

UANG DIGUNAKAN TANPA IJIN
Reference: [Sammy2038(twitter)](https://.com/sammy2038/status/1738395508731953631?s=46&t=2DC%7CqoMZ103ACkOp47QhTQ)
singkat cerita : 1. maker dititipkan uang sejumlah +- 6 jutaan 2. maker memakai uang tersebut untuk keperluan pribadinya 3. karena tidak bisa mengganti uang tersebut, akhirnya deal 2an untuk dibarter dengan dibuatkannya kostum Armor untuk Cosplay 4. namun selama prosesnya maker tidak menepati janjinya, hingga armornya tidak dibuat sampai sekarang, bahkan di GHOSTING dan lepas tanggungjawab !!!!
cosplayer dan juga maker bernama devbats pun bahkan menyalahkan balik Korban/customer-nya DIBAWAH merupakan bukti2 Chat percakapan korban dengan Cosplayer.
submitted by Own-Ad-3221 to indonesia [link] [comments]


2020.07.25 14:39 bwfslot Juventus FC

Bwfslot Juventus Football Club atau yang biasa disebut yaitu Juventus serta digemari banyak orang dengan sebutan Juve adalah klub sepak bola asal Italia yang berbasiskan di Turin, Piemonte. Club ini dibuat di tahun 1897 dengan nama Sport Klub Juventus oleh rangkaian pelajar muda di kota Turin yang diketuai oleh Eugenio Canfari serta saudaranya Enrico. Mereka kenakan kaos berwarna hitam putih untuk seragam kandang mulai sejak tahun 1903, serta gunakan beberapa stadion tidak serupa di kurang lebih kota Turin buat mainkan partai kandang.
Mulai sejak bulan September 2011, mereka berkandang di Juventus Fase yang memiliki 41.507 tempat duduk. Stadion itu dibikin di area yang sama juga dengan stadion yang mereka pakai awal kalinya, adalah Stadion Delle Alpi, yang penting dirobohkan untuk membuat Juventus Fase.
Juventus merupakan club paling tua ke dua di Italia, sehabis Genoa yang dibuat di tahun 1893. Mereka ada untuk pertama-tamanya di liga satuan paling atas Italia di tahun 1900, sehabis berubah nama berubah menjadi Football Klub Juventus. Mereka terus ada di laga paling tinggi itu (yang gunakan nama Serie A mulai sejak tahun 1929), terkecuali pada musim 2006–07.
Mulai sejak tahun 1923, Juventus mulai dikendalikan oleh keluarga Agnelli. Pertalian di antara club sepak bola serta dinasti usaha itu sebagai yang paling tua serta terpanjang dalam peristiwa olahraga di Italia. Hal semacam itu membuat Juventus untuk club olahraga jabatanonal pertama di negara itu, sebelum rencana itu berubah menjadi digemari banyak orang. Mereka juga berubah menjadi kebolehan besar di Italia mulai sejak jaman 1930-an, namun juga di Eropa mulai sejak tengah 1970-an. Mulai sejak tengah tahun 1990-an, Juventus udah berubah menjadi salah satunya dari 10 club sepak bola paling kaya di dunia dari bagian nilai asset, pemasukan, serta keuntungan. Mereka juga udah masuk bursa saham Borsa Italiana mulai sejak tahun 2001.
Seiring waktu, Juventus juga berubah menjadi ikon dari budaya Italia. Kemajuan mereka punya resiko yang relevan di tengahnya orang Italia, terlebih di tahun 1930-an serta dasawarsa pertama sehabis Perang Dunia Ke dua yang pengaruhi situasi politik ideologi serta sosial ekonomi banyak pengagum club itu. Masalah ini tercermin pada andil Juventus buat timnas Italia mulai sejak tahun 1920-an, yang lantas disadari untuk satu diantaranya club yang sangat mempunyai pengaruh dalam sepak bola internasional sebab ikut bertindak dalam kemenangan Italia pada Piala Dunia 1934, 1982, serta 2006. Juventus sebagai club yang terbanyak memberikan pemain buat timnas Italia, hampir tak pernah tidak sukses memberikannya pemain mulai sejak tahun 1924.
Disebut Vecchia Signora (“Nyonya Tua “), Juventus merupakan club terhebat di Italia, serta satu diantaranya yang sangat sukses di dunia. Mereka udah menjadi pemenang 35 titel juara liga, 13 gelar Coppa Italia, serta delapan gelar Supercoppa Italiana, dan berubah menjadi pemegang gelar paling banyak buat ke-3 laga itu. Tidak hanya itu, mereka pula udah sukses menggapai dua gelar Piala Interkontinental, dua gelar Liga Champions, satu gelar Piala Winners, tiga gelar Piala UEFA (rekor nasional buat club Italia), satu gelar Piala Intertoto, serta dua gelar Piala Super Eropa.
Sebab prestasi itu, Juventus juga pimpin posisi FIGC dalam soal jumlah trophy pada tingkat nasional, duduki tempat ke-5 di Eropa, serta ke-11 di dunia. Mereka pernah pimpin posisi UEFA saat tujuh musim mulai sejak posisi itu dikenalkan di tahun 1979. Mereka juga berubah menjadi club Italia yang kerap pimpin posisi itu.
Juventus sebagai club dengan jumlah pengagum paling banyak di Italia, serta satu diantaranya yang paling besar di dunia. Tidak serupa dengan adanya banyak partisan club Eropa yang lain yang rata-rata terkonsentrasi di kurang lebih kota asal club itu, pengagum Juventus menyebar di seantero negeri serta pada banyak imigran asal Italia yang tinggal di luar negeri. Mereka juga sebagai satu diantaranya perintis buah pikiran mau membuat European Klub Association, yang dahulu diketahui dengan nama G-14, yang berisi club-club kaya di Eropa.
Di bawah kepemimpinan pelatih Giovanni Trapattoni, mulai sejak tahun 1976 sampai 1986, Juventus sukses menjadi pemenang 13 gelar, termasuk juga enam titel juara liga serta lima gelar internasional. Mereka juga berubah menjadi club pertama selama peristiwa sepak bola Eropa yang memenangkan tiga laga di bawah naungan UEFA: adalah Liga Champions 1984–1985, Piala Winners 1983–1984 (saat ini udah ditiadakan), serta Piala UEFA 1976–1977.
Lantaran sukses mereka memenangkan Piala Super Eropa tahun 1984 serta Piala Interkontinental tahun 1985, Juventus juga berubah menjadi club pertama yang sukses menjadi pemenang seluruhnya titel juara laga sah UEFA serta titel juara dunia. Prestasi ini didukung sehabis mereka pula sukses memenangkan Piala Intertoto tahun 1999, di jaman keemasan selanjutnya di bawah pedoman Marcello Lippi, membuat mereka berubah menjadi hanya satu club jabatanonal Italia yang sukses menggapai seluruhnya titel juara yang kemungkinan mereka capai, baik pada tingkat nasional ataupun internasional.
Pada bulan Desember 2000, Juventus duduki tempat ke-7 dalam posisi club terunggul di dunia vs FIFA. Sembilan tahun lantas, mereka duduki posisi kedua dalam posisi club terunggul di Eropa selama masa ke-20 menurut kajian statistik dari International Federation of Football History & Statistics (IFFHS). Di ke dua posisi itu, Juventus duduki tempat yang bertambah tinggi dibandingkan club asal Italia yang lain.

Daftar isi

  1. Sejarah 1.1 Awal mula 1.2 Dominasi liga 1.3 Pentas Eropa 1.4 Kesuksesan jaman Lippi 1.5 Skandal “Calciopoli” 1.6 Kembali ke Serie A 1.7 Era Allegri
  2. Warna, tanda, serta sapaan
  3. Stadion
  4. Pendukung
  5. Rivalitas
  6. Himne Juventus
  7. Pembinaan pemain muda
  8. Pemain 8.1 Tim pokok 8.2 Pemain yang dipinjami 8.3 Serie A Wanita
  9. Staf Manajemen
  10. Sejarah presidensial
  11. Sejarah manajerial
  12. Penghargaan
  13. Rekor serta statistik club 13.1 Rangking koefisien club UEFA
  14. Kontribusi buat timnas Italia
  15. Informasi Ekonomi 15.1 Produsen seragam serta sponsor 15.2 Kontrak seragam 15.3 Juventus serta kemanusiaan
  16. Catatan
  17. Referensi
  18. Bibliografi 18.1 Buku 18.2 Publikasi yang lain
  19. Pranala luar

Sejarah

Awal Mula

Juventus dibuat akhir tahun 1897 dengan nama Sport Klub Juventus oleh siswa-siswa dari sekolah Massimo D’Azeglio Lyceum yang bertempat di wilayah Liceo D’Azeglio, Turin. Awalnya, club ini dibuat untuk wadah untuk beberapa anak muda yang sama sama berkawan serta pingin memakan banyak waktu dengan jalanan berbarengan, bersenang-senang, dan mengerjakan beragam soal positif. Dua salah satunya merupakan kakak beradik Eugenio serta Enrico Canfari. Beberapa anak muda itu rerata berumur 15 tahun, dengan anak paling tua berusia 17 tahun serta beberapa lainnya berusia di bawah 15 tahun.
Waktu itu, halangan paling sukar buat banyak pemuda itu merupakan bagaimana tekniknya mendapatkan tempat untuk dibuat tempat. Satu diantaranya pendiri Juventus, Enrico Canfari, selanjutnya mendapatkan satu tempat sebagai bangunan dengan halaman yang dikelilingi tembok, punya empat tempat, satu kanopi, loteng, serta keran air minum. Sesudah itu, mereka juga menghadirkan percakapan untuk tentukan nama club, yang selanjutnya bersambung dengan perbincangan dahsyat antara mereka. Satu team condong tak menyenangi pemanfaatan nama latin, dan team lainnya malahan menyenangi beberapa nama classic, serta bekasnya sebagai team netral. Lantas, ada tiga nama yang ditetapkan untuk diseleksi, adalah “Societa Lewat Port”, “Societa sportive Massimo D’Azeglio”, serta “Sport Klub Juventus”. Nama paling akhir selanjutnya diseleksi tidak dengan banyak keberatan, serta sah jadi nama club mereka. Tapi, 2 tahun lantas, mereka berubah nama jadi Football Klub Juventus.
Club itu selanjutnya masuk dengan Kejuaraan Sepak Bola Italia di tahun 1900. Di tahun 1904, satu orang bisnisman yang namanya Ajmone-Marsan ambil alih unsur keuangan Juventus, serta membuat mereka dapat berubah tempat latihan dari Piazza d’Armi ke Velodrome Umberto I yang keadaannya bertambah pantas. Di periode itu, mereka gunakan seragam pink-hitam. Juventus sukses memenangi laga liga untuk pertama-tamanya di tahun 1905. Waktu itu, mereka udah gunakan seragam hitam-putih, memperoleh ide dari club asal Inggris Notts County.
Di tahun 1906, ada sekian banyak staf Juventus yang pingin mengalihkan Juventus dari kota Turin. Presiden Alfred Dick berasa tak suka dengan situasi itu, serta hendak memutuskan untuk mundur berbarengan sejumlah pemain bintang serta membuat club baru yang namanya Torino. Konflik di antara Juventus serta Torino terus bersambung sampai sekarang, serta kompetisi di antara dua-duanya diketahui dengan nama Derby della Mole. Di periode itu, Juventus berusaha untuk kembali lagi membuat club sehabis perpecahan, serta mengupayakan konsisten bertahan ditengah-tengah kemelut Perang Dunia I.

Dominasi Liga

Pemilik FIAT, Edoardo Agnelli, ambil alih kendali atas club Juventus di tahun 1923, serta langsung membuat stadion baru. Masalah ini juga menunjang Juventus untuk menggapai scudetto (titel juara liga) yang ke dua pada musim 1925–26, sehabis kalahkan Alba Roma dengan score agregat 12-1 (Antonio Vojak membuat banyak gol penting pada musim itu). Pada masa 1930-an, Juventus udah sukses jadi kebolehan pokok di sepak bola Italia dengan jadi club jabatanonal pertama di negara itu serta club dengan pangkal pengagum pertama yang menyebar di banyak kota. Masalah ini menyuport mereka untuk mendapati titel juara liga saat 5 kali beruntun mulai sejak tahun 1930 sampai 1935 (empat gelar pertama diperoleh di bawah arahan pelatih Carlo Carcano). Tidak hanya itu, Juventus juga berperan dalam scuad timnas Italia yang dilatih oleh Vittorio Pozzo, yang sukses jadi juara dunia di tahun 1934. Sejumlah pemain bintang Juventus yang ikut bela Italia waktu itu misalnya Raimundo Orsi, Luigi Bertolini, Giovanni Ferrari serta Luis Monti.
Juventus lantas mengalihkan kandang mereka ke Stadio Comunale, akan tetapi tidak sukses merajai sepak bola Italia akhir 1930-an serta awal 1940-an. Mereka serta harus mengaku kelebihan club sekota, Torino. Secercah angan-angan nampak waktu mereka sukses memenangi Piala Italia untuk pertama-tamanya pada musim 1937-38 dengan kalahkan Torino. Mereka sempat pernah menyelesaikan musim 1940-41 di tempat ke-6, tapi sukses menggapai Piala Italia ke dua pada musim seterusnya. Pada periode ini, Italia tengah ikuti Perang Dunia II, maka dari itu halangi jalannya liga. Di tahun 1944, Juventus ikuti satu kontes lokal yang selanjutnya batal dituntaskan. Pada tanggal 14 Oktober, liga kembali lagi bergeser dengan kompetisi derby di antara Juventus serta Torino. Juventus sukses kalahkan lawan sekotanya dengan score 2-1, akan tetapi Torino yang waktu itu diketahui untuk “Grande Torino” sukses menyelesaikan musim untuk juara.
Sehabis Perang Dunia II, banyak tanggal 22 Juli 1945, Gianni Agnelli dipilih untuk presiden kehormatan club. Disaat masa kepemimpinannya, Agnelli datangkan sejumlah pemain baru seperti Giampiero Boniperti, Muccinelli, serta pemain dari Denmark John Hansen. Mereka sukses memenangi liga pada musim 1949–50 serta 1951–52. Gelar pada tahun 1950 mereka capai melalui kepemimpinan pelatih berasal dari Inggris, Jesse Carver.
Pada tanggal 18 September 1954, Gianni Agnelli tinggalkan Juventus. Pada tahun itu, Juventus cuma sukses menyelesaikan musim di tempat ke-7. Pada musim seterusnya, barisan pemain muda di bawah kepemimpinan pelatih Puppo mengupayakan untuk bangun. Semangat mereka juga makin bertambah sehabis masuknya Umberto Agnelli untuk komisioner club pada tahun 1955.
Pada musim 1957–58, Juventus menarik dua striker baru, adalah John Charles yang datang dari Wales, serta Omar Sivori yang datang dari Argentina. Mereka juga sukses menjadi lagi juara, serta memiliki hak memakai sinyal bintang kehormatan lantaran udah memenangi 10 titel juara liga. Mereka juga jadi club Italia pertama yang memperoleh penghargaan itu. Pada musim itu, Sívori jadi pemain pertama Juventus yang sukses mendapati gelar Pemain Terunggul Eropa. Pada musim seterusnya, mereka kalahkan Fiorentina di final Coppa Italia, serta untuk pertama-tamanya sukses mendapati gelar ganda (Serie A serta Coppa Italia). Boniperti hendak memutuskan untuk pensiun di tahun 1961, dengan posisi untuk pembuat gol paling banyak selamanya waktu buat Juventus dengan 182 gol di semua laga. Rekor itu bertahan saat 45 tahun.
Pada masa 1960-an, Juventus cuma sukses 1x memenangi liga, adalah pada musim 1966–67. Tapi, pada awal tahun 1970-an, Juventus kembali lagi menguatkan tempat mereka di sepak bola Italia di bawah arahan eks pemain mereka Čestmír Vycpálek. Pada musim 1970-71, Juventus sukses menggapai final Fairs Cup (cikal dapat Piala UEFA), tapi harus kalah dari Leeds United. Di liga, tempat mereka sempat pernah terancam lantaran luka yang dirasakan pemain jagoan mereka Roberto Bettega. Untungnya, mereka konsisten dapat bermain berkelanjutan serta menggapai gelar scudetto ke-14.
Pada musim 1972-73, mereka kehadiran sejumlah pemain baru, seperti Dino Zoff serta Jose Altafini dari Napoli. Waktu itu, mereka ditempatkan pada skedul yang padat di Serie A serta laga Eropa. Juventus sukses mengambil gelar scudetto ke-15 sehabis membalap AC Milan di beberapa detik akhir, sehabis club asal kota Milan itu lewat cara mengagetkan kalah di kompetisi paling akhir mereka. Juventus juga sukses masuk final Liga Champions, tapi harus kalah dari Ajax Amsterdam yang didukung oleh Johan Crujff.
Di musim-musim seterusnya, mereka sukses meningkatkan tiga titel juara liga pada musim 1974-75, 1976–77, serta 1977–78. Prestasi ini mereka capai lantaran performa bersinar bek Gaetano Scirea serta kepemimpinan pelatih Giovanni Trapattoni, yang bawa Juventus menggapai gelar pertama di medan Eropa, yang pasti gelar Piala UEFA tahun 1977. Saat masa Trapattoni, beberapa pemain Juventus yang lantas jadi tulang punggung timnas Italia yang sukses di bawah pedoman pelatih Enzo Bearzot, yang sukses tampil prima di Piala Dunia 1978, Euro 1980, serta memenangi Piala Dunia 1982.

Pentas Eropa

Di saat kepelatihan Trapattoni di tahun 1980-an, Juventus menggapai keberhasilan besar dengan menentramkan gelar Serie A sekitar 4x. Di tahun 1984, mereka menggapai titel juara liga ke-20, maka dari itu memiliki hak memakai bintang penambahan di seragam mereka, jadi hanya satu club Italia yang sukses menggapai prestasi itu. Enam pemain Juventus ikut masuk dengan timnas Italia sebagai juara Piala Dunia 1982. Paolo Rossi sebagai pemain Juventus yang sangat mengundang perhatian, sampai dia sukses menggapai penghargaan untuk Player of the Kompetisi serta jadi Pemain Terunggul Eropa di tahun 1982.
Juventus menjadi lagi pujaan di Serie A musim 1982-83 sehabis kehadiran bintang Perancis, Michel Platini. Sayangnya, skedul mereka yang padat dengan laga Eropa membuat mereka tak berkelanjutan di liga domestik. Sempat pernah cuma berbeda 3 point dengan Roma yang duduki tempat pucuk, Juventus tidak sukses kejar serta harus memasrahkan club asal ibukota itu jadi juara. Di Eropa, Juventus sukses sukses ke fase final Liga Champions, tapi harus kalah dari Hamburg. Pada musim itu, mereka cuma sukses menggapai gelar Piala Italia serta Piala Interkontinental.
Pada musim panas 1983, Juventus harus kehilangan dua pilar pokok mereka. Dino Zoff menggantung sepatu di umur 41 tahun, dan Bettega pindah ke Kanada untuk menyelesaikan karir disana. Mereka selanjutnya menarik penjaga gawang baru dari Avellino, adalah Stefano Tacconi serta Beniamino Vinola. Dan Nico Penzo jadi pendamping Rossi di barisan depan. Pada waktu itu, mereka harus fokus penuh di dua laga, adalah liga domestik serta Piala Winner. Hasilnya, lewat performa yang berkelanjutan selama musim, Juventus sukses menegaskan titel juara liga satu minggu sebelum laga berakhir. Prestasi ini juga ditambah sukses mereka memenangi Piala Winner dengan kalahkan Porto 2-1 di Basel pada tanggal 16 Mei 1984.
Pada musim seterusnya, Juventus tidak sukses menggapai titel juara Serie A yang jatuh ke tangan Hellas Verona. Tapi mereka sukses memenangi Liga Champions di tahun 1985 melalui gol hanya satu Platini di partai final. Sayangnya, kompetisi penutup menentang Liverpool FC yang berjalan di Stadion Heysel Belgia harus diwarnai dengan kematian 39 supporter Juventus gara-gara bentrok dengan banyak hooligans partisan Liverpool. Untuk hukuman dari tragedi itu, semua club asal Inggris dilarang untuk ikuti kejuaraan Eropa saat lima tahun.
Sukses memenangi Liga Champions itu membuat Juventus jadi hanya satu club yang sukses memenangi tiga laga pokok UEFA. Ditambah sukses mereka memenangi Intercontinental Cup, Juventus juga jadi hanya satu club sampai sekarang yang sukses menjadi pemenang seluruhnya titel juara laga sah UEFA serta titel juara dunia. Prestasi itu kian didukung dengan keberhasilan memenangi Piala Intertoto di tahun 1999.
Michel Platini, bintang Juventus pada waktu itu, pula sukses jadi pemain terunggul Eropa untuk yang ke-tiga kalinya lewat cara beruntun. Kalau ditambah gelar sama yang diperoleh Paolo Rossi di tahun 1982, jadi Juventus udah menggapai gelar itu saat 4x beruntun.
Juventus sempat pernah menggapai gelar scudetto pada musim 1985-86, yang sebagai tahun paling akhir Trapattoni di Juventus. Seterusnya, Juventus terus tidak sukses memberikan perform terunggul, serta harus mengaku kelebihan Napoli yang didukung Diego Maradona, serta kebangkitan dua club asal kota Milan, adalah AC Milan serta Inter Milan.
Di tahun 1990, Juventus ganti ke kandang baru mereka, adalah Stadio Delle Alpi, yang dibikin saat Piala Dunia 1990.

Keberhasilan era Lippi

Marcello Lippi ambil alih tempat pelatih Juventus pada awal musim 1994-95. Dia langsung membawa Juventus memenangi Serie A untuk pertama-tamanya mulai sejak tengah tahun 1980-an pada musim itu, komplet dengan titel juara Coppa Italia. Pemain bintang mereka waktu itu merupakan Ciro Ferrara, Roberto Baggio, Gianluca Vialli serta pemain muda punya bakat namanya Alessandro Del Piero. Lippi lantas pimpin Juventus untuk memenangi Liga Champions Eropa pada musim seterusnya, dengan kalahkan Ajax Amsterdam lewat drama beradu penalti, sehabis score seimbang 1-1 pada fase normal. Fabrizio Ravanelli memberikan sumbangan 1 gol untuk Juve di kompetisi itu.
Sehabis sukses bangun serta memenangi Liga Champions, Juventus tak selanjutnya tinggal diam. Mereka kembali lagi menarik sejumlah pemain bintang, seperti Zinedine Zidane, Filippo Inzaghi serta Edgar Davids. Mereka juga sukses memenangi Serie A pada musim 1996–97 serta 1997–98, Piala Super UEFA 1996, serta Piala Interkontinental 1996. Juventus pula sukses menggapai final Liga Champions di tahun 1997 serta 1998, akan tetapi harus tunduk oleh Borussia Dortmund (Jerman) serta Real Madrid (Spanyol).
Lippi pernah diganti oleh Carlo Ancelotti saat dua 1/2 musim. Dia kembali lagi tahun 2001, menyalip pemecatan pada Ancelotti, serta langsung menarik beberapa nama besar, seperti Gianluigi Buffon, David Trezeguet, Pavel Nedvěd, serta Lilian Thuram. Mereka sukses memenangi Serie A pada musim 2001–02 serta 2002-03. Di tahun 2003, berlangsung All Italian Final di Liga Champions, tapi Juventus harus kalah dari Milan melalui beradu penalti sehabis laga pada waktu normal usai tidak dengan gol. Diakhir musim seterusnya, Lippi dipilih menjadi pelatih timnas Italia, bikin dia harus menyelesaikan satu diantaranya periode kepelatihan paling sukses selama peristiwa Juventus.

Skandal “Calciopoli”

Fabio Capello jadi pelatih Juventus di tahun 2004, serta bawa club itu menggapai dua gelar Serie A lewat cara berturutan. Tapi, pada bulan Mei 2006, Juventus sebagai salah satunya dari lima club Serie A yang ditautkan dengan skandal penyusunan score. Lantaran perkara itu, mereka juga di letakkan di urutan terangkuth buat musim itu, serta harus terdegradasi ke Serie B buat pertama-tamanya selama peristiwa. Titel juara yang mereka gapai pada musim 2004–05 dilepas, serta urutan paling atas buat musim 2005–06 diberikan pada Inter Milan.
Sehabis perkara itu, beberapa pemain kunci mereka yang tinggalkan club lantaran tak mau bermain di Serie B, seperti Lilian Thuram, penyerang Zlatan Ibrahimović, serta bek tengah Fabio Cannavaro. Tapi, beberapa nama besar seperti Gianluigi Buffon, Alessandro Del Piero, David Trezeguet, serta Pavel Nedvěd, konsisten bertahan buat menunjang Juventus kembali lagi Serie A. Banyak pemain club Primavera (junior) seperti Sebastian Giovinco serta Claudio Marchisio juga langsung dimainkan di club pokok. Juventus menggapai titel juara Serie B pada musim 2006-07, serta punya hak buat kembali lagi beraksi di Serie A. Si kapten, Del Piero, sukses jadi pembuat gol paling banyak dengan 21 gol.
Di tahun 2010, Juventus perhitungkan buat ajukan banding pada pencabutan titel juara mereka pada musim 2004-05 serta 2005-06, sehabis memandang hasil persidangan yang bersangkutan dengan skandal itu. Gugatan pada eks General Pimpinan Juventus Luciano Moggi, yang dirasa bertindak kriminil, tidak diterima beberapa oleh Mahkamah Agung Italia pada tanggal 23 Maret 2015. Juventus juga menuntut FIGC buat bayar tukar rugi sebesar €443 juta atas kerugian yang mereka terima karena kemerosotan ke Serie B di tahun 2006. Presiden FIGC Carlo Tavecchio tawarkan dialog buat kembalikan titel juara Juventus, kalau Juventus pengen menarik tuntutan itu. Pada tanggal 9 September 2015, Mahkamah Agung Italia keluarkan dokumen dengan tebal 150 halaman yang mengatakan ketentuan akhir berkaitan perkara itu. Meskipun beberapa gugatan pada Moggi dihentikan (tidak dengan persidangan baru), pengadilan konsisten menyebutkan jika Moggi lewat cara aktif berkaitan dengan perkara penyimpangan yang memberikan keuntungan Juventus serta dianya. Di tahun 2016, pengadilan TAR menampik keinginan kompensasi dari Juventus.

Kembali lagi ke Serie A

Waktu kembali lagi Serie A pada musim 2007-08, Juventus menunjuk eks pimpinan Chelsea Claudio Ranieri jadi pelatih. Mereka sukses menggapai urutan ke-tiga diakhir musim, serta punya hak buat beraksi di Liga Champions musim 2008–09 melalui fase kwalifikasi ke-tiga. Juventus sukses menggapai sesi group, serta kalahkan Real Madrid baik di laga kandang atau tandang. Sayangnya, mereka harus tunduk dari Chelsea pada fase tumbang. Lantaran sekelompok hasil jelek, Ranieri selanjutnya disingkirkan serta diganti oleh Ciro Ferrara jadi pelatih sesaat di dua laga paling akhir Serie A musim 2008-09. Ferrara lantas dipilih jadi pelatih konsisten buat musim seterusnya.
Debut Ferrara tidak diwarnai dengan keberhasilan. Juventus harus tergusur dari Liga Champions serta Coppa Italia, dan cuma sukses duduki urutan ke-6 di klassemen Serie A, akhir bulan Januari 2010. Hasil jelek itu bikin Ferrara selanjutnya disingkirkan serta diganti oleh Alberto Zaccheroni jadi pelatih sesaat. Zaccheroni tidak berhasil melakukan perbaikan club, serta Juventus juga menyelesaikan musim di urutan ke-7.
Pada musim 2010-11, urutan Jean-Claude Blanc jadi Presiden club diganti oleh Andrea Agnelli. Cara pertama yang dijalankan Agnelli sehabis jadi Presiden merupakan menukar Zaccheroni dengan pelatih Sampdoria Luigi Del Neri, serta menukar Direktur Olahraga mereka Alessio Secco dengan Giuseppe Marotta. Sayangnya, Del Neri pula tidak berhasil mengganti hoki Juventus serta disingkirkan. Eks pemain Juventus yang baru-baru ini bawa Siena promo ke Serie A, Antonio Conte, dipilih buat isi urutan Del Neri. Pada bulan September 2011, Juventus menempatkan kandang mereka ke Juventus Fase.
Bersama-sama Conte jadi pelatih, Juventus menggapai hasil yang didambakan. Mereka gak terkalahkan selama musim 2011-12 di Serie A. Di paruh ke-2 musim, mereka ringkas cuma beradu dengan Milan buat mempertandingkan urutan pertama. Juventus menjadi pemenang gelar itu di minggu ke-37 sehabis kalahkan Cagliari 2-0, serta Milan kalah dari Internazionale dengan score 4-2. Sehabis kemenangan 3-1 atas Atalanta di minggu paling akhir, Juventus juga sah jadi club pertama yang menyelesaikan Serie A tidak dengan terkalahkan (dalam laga yang gunakan pola 38 laga). Sejumlah prestasi lain yang mereka gapai waktu itu merupakan kemenangan tandang paling besar waktu kalahkan Fiorentina dengan score 5-0, rekor pertahanan terunggul di Serie A (cuma kecurian 20 kali, sekurang-kurangnya dalam pola liga yang diperlukan waktu ini), yang sebagai rekor pertahanan terunggul ke-2 antara beberapa liga besar Eropa.
Pada musim 2013–14, Juventus menggapai scudetto ke-tiga lewat cara berturutan bersama-sama Antonio Conte. Pada musim itu, mereka bahkan juga sukses menyatukan rekor point paling banyak (102) dengan 33 kemenangan. Itu merupakan gelar ke-30 selama peristiwa Juventus. Mereka juga sukses menggapai fase semi final di Europa League, akan tetapi harus tereliminasi oleh Benfica yang pada laga ke-2 bermain dengan 10 orang serta mengimplementasikan pertahanan catenaccio. Mereka juga tidak berhasil meluncur ke fase final yang berjalan di kandang mereka sendiri, Juventus Fase.
Diakhir musim, Antonio Conte hendak memutuskan buat mundur serta diganti oleh Massimiliano Allegri.

Era Allegri

Di bawah kepemimpin eks pelatih Milan itu, Juventus sukses menggapai titel juara Serie A sejumlah 5 kali berturutan. Kalau ditambah lagi dengan titel juara yang diperoleh bersama-sama Conte, jadi mereka sudah jadi scudetto saat 8x berturutan. Bersama-sama Allegri, Juventus sukses masuk dalam fase final Liga Champions sejumlah kedua kalinya, meskipun selamanya tidak berhasil di dua peluang itu.
Pada musim pertama Allegri, 2014–15, Juventus sukses menggapai gelar Serie ke-31 serta titel juara Coppa Italia ke-10. Mereka juga kalahkan Real Madrid di fase semi final Liga Champions dengan agregat 3-2, serta punya hak buat hadapi Barcelona dalam fase final yang berjalan di Berlin. Ini merupakan pertama-tamanya Juventus sukses masuk dalam fase final Liga Champions mulai sejak musim 2002-03. Sayangnya, Juventus harus tunduk 1-3 melalui gol kilat Ivan Rakitić, yang diiringi oleh gol balasan Alvaro Morata saat menit ke-55. Barcelona kembali lagi unggul lantaran gol Luis Suárez saat menit ke-70, diiringi dengan gol Neymar saat menit akhir melalui pola pukulan balik.
Pada tanggal 25 April 2016, Juventus mendapati gelar ke-32 mereka serta yang ke-5 lewat cara berturutan. Kali terakhir mereka memenangi Serie A sejumlah 5 kali berturutan merupakan pada musim 1930-31 sampai 1934-35. Mereka sukses menegaskan gelar juara sehabis Napoli tunduk dari Roma, bikin Juventus gak lagi dapat tersusul lewat cara matematis, meskipun liga masih tersisa tiga laga lagi. Pada tanggal 21 Mei, Juventus kembali lagi menggapai Coppa Italia yang ke-11 serta kedua kalinya lewat cara berturutan. Masalah ini bikin Juventus jadi club pertama di Italia yang sukses menggabungkan gelar Serie A serta Coppa Italia saat dua musim berturutan.
Pada tanggal 17 Mei 2017, Juventus memenangi Coppa Italia ke-12 sehabis menang 2-0 atas Lazio di fase final. Mereka juga jadi club pertama di Italia yang sukses memenangi Coppa Italia saat 3 kali berturutan. Empat hari lantas, Juventus menegaskan diri jadi club pertama di Italia yang sukses memenangi liga saat 6x berturutan. Pada tanggal 3 Juni 2017, Juventus kembali lagi sukses ke fase final Liga Champions ke-2 mereka saat 3 tahun paling akhir. Sayangnya, mereka kembali lagi tidak berhasil sehabis kalah 1-4 dari juara bertahan Real Madrid. 10 menit sebelum semprit akhir dibunyikan, berlangsung peristiwa keonaran di Turin yang sebabkan 2 orang wafat serta beberapa ribu orang yang lain luka. Masalah ini dipicu tindakan penjarahan dengan semprotan merica yang disalahartikan jadi gempuran bom, maka dari itu kekhawatiran juga berlangsung.
Pada musim 2017–18, Juventus kembali lagi menggapai gelar Coppa Italia yang ke-4 lewat cara berturutan sehabis kalahkan Milan dengan score 4-0 di fase final. Mereka juga sukses menggapai titel juara ke tujuh lewat cara berturutan, serta menguatkan supremasi mereka di liga domestik.
Pada awal musim 2018–19, Juventus pecahkan rekor transfer paling mahal buat pemain di atas 30 tahun, serta rekor transfer paling mahal oleh club asal Italia, sewaktu mereka menarik pemain berumur 33 tahun Cristiano Ronaldo. Mereka menggandeng Ronaldo dari Real Madrid dengan cost €112 juta. Ronaldo juga jadi pemain kunci yang bawa Juventus kembali lagi menggapai titel juara di Serie A, ke-8 lewat cara berturutan. Diakhir musim, Juventus mengakhiri Allegri, serta menarik eks pelatih Napoli Maurizio Sarri yang baru-baru ini sukses bawa Chelsea memenangi Europa League.

Warna Logo dan Sebutan

Juventus sudah bermain dengan seragam berwarna hitam serta putih ala zebra, dengan celana berwarna putih atau hitam, mulai sejak tahun 1903. Awal kalinya, Juventus gunakan seragam berwarna pink dengan dasi hitam, yang dibikin oleh ayah dari satu diantaranya pemain mereka pada waktu itu. Tapi sehabis dicuci beberapa kali, warna seragam itu juga menipis, maka dari itu di tahun 1903 club hendak memutuskan buat menukar seragam. Mereka menanyakan pada John Savage, salah satu orang pemain mereka yang datang dari Inggris, apa dia punya kenalan di Inggris yang dapat memasok seragam buat club. Savage juga mengabari temannya yang tinggal di Nottingham, yang disebut fans dari club Notts County. Rekan Savage itu selanjutnya mengantarkan seragam hitam putih, seperti seragam yang diperlukan Notts County. Seragam itu juga terus diperlukan Juventus sampai sekarang.
Tanda sah Juventus sudah berulangkali alami perkembangan serta modifikasi kecil mulai sejak tahun 1920-an. Sebelum tahun 1980-an, tanda Juventus berwujud perisai oval dengan garis hitam putih. Tulisan Juventus di sisi atas perisai berwujud cekung dengan background biru yang disebut lambang kota Turin. Di sisi bawah perisai ada gambar zebra serta mahkota emas yang mempunyai ukuran lumayan besar. Di tahun 1980-an, Juventus pernah gunakan siluet seekor zebra jadi tanda, sebelum kembali ke bentuk perisai oval unik club-club Italia di tahun 1990.
Di tahun 2004, Juventus kembali lagi mengganti tanda. Mereka konsisten gunakan bentuk perisai oval dengan lima garis hitam putih, tapi tulisan Juventus di sisi atas dibikin berwujud cembung dengan suatu garis lengkung berwarna emas (yang melambatgkan kehormatan) di bawahnya. Di sisi bawah, gambar zebra ditukar jadi siluet seekor banteng yang sebagai lambang kota Turin. Di atas siluet itu, ada suatu mahkota hitam dengan ukuran bertambah kecil yang melambatgkan Augusta Tourinorum, suatu kota tua di jaman Romawi yang disebut cikal dapat kota Turin sekarang.
Juventus merupakan club pertama dalam peristiwa sepakbola dunia yang gunakan lambang bintang jadi sinyal jika mereka sudah memenangi liga domestik sejumlah sepuluh kali. Mereka mulai menempatkan lambang bintang di atas tanda mereka di tahun 1958, yang lantas pula diiringi oleh club-club lain.
Juventus menggapai gelar ke-30 sehabis memenangi Serie A pada musim 2011–12. Tapi lantaran titel juara mereka pada musim 2004–05 serta 2005–06 ditarik lantaran perkiraan kesertaan dalam skandal penyusunan score di tahun 2006, FIGC merasa jika keseluruhan titel juara mereka lewat cara sah masih sejumlah 28. Juventus juga hendak memutuskan tidak untuk gunakan lambang bintang sekalipun pada musim sesudah itu. Juventus menggapai gelar sah ke-30 mereka pada musim 2013–14 serta punya hak kenakan tiga bintang, tapi presiden Andrea Agnelli menyampaikan jika faksinya dapat stop gunakan lambang itu sampai ada club Italia lain yang memenangi Serie A sejumlah 20 kali serta punya hak kenakan dua bintang, buat memberikan superioritas Juventus. Tapi, pada musim 2015–16, Juventus kembali lagi gunakan lambang bintang serta mengimbuhkan bintang ke-tiga di seragam mereka.
Pada bulan Januari 2017, presiden Andrea Agnelli memberitakan perkembangan teranyar buat tanda Juventus. Tanda baru itu punya tulisan “Juventus” di sisi atas, dengan dua huruf J kapital dengan style font yang tidak sama serta terpasang bersama-sama, maka dari itu sela antara kedua-duanya pula memberikan huruf J. Agnelli menyampaikan jika tanda itu melambatgkan “teknik hidup Juventus”.
Juventus memberitakan peluncuran suatu project baru teristimewa buat pengagum beberapa anak yang namanya JKids, pada bulan September 2015. Pada waktu yang sama, Juventus pula mengenalkan suatu maskot baru buat banyak fans yang namanya J. J merupakan seekor zebra berwujud kartun, dengan garis hitam putih berlapis emas di badannya, mata berwarna emas, serta tiga lambang bintang di sisi depan lehernya. J ada untuk pertama-tamanya di Juventus Fase pada tanggal 12 September 2015.
Selama peristiwa, Juventus udah punya sejumlah nama sapaan. La Vecchia Signora (The Old Lady dalam Bahasa Inggris atau Sang Nyonya Tua dalam Bahasa Indonesia) adalah contoh sapaan yang terkondang. Kata “tua” dalam sapaan itu sesuatu permainan kata, sebab kata Juventus sendiri malahan bermakna “muda” dalam Bahasa Latin. Nama Juventus diperlukan sebab beberapa pemain bintang club itu sampai tengah tahun 1930-an relatif berumur muda. Kata “nyonya” dalam sapaan itu adalah istilah yang diperlukan beberapa fans sewaktu mengatakan Juventus sebelum jaman 1930-an.
Juventus pula memperoleh sapaan La Fidanzata d’Italia (The Girlfriend of Italy dalam Bahasa Inggris atau Si Kekasih Italia dalam Bahasa Indonesia), sebab bertahun-tahun mereka memperoleh support besar dari beberapa imigran pekerja asal Italia Selatan (utamanya kota Napoli serta Palermo), yang kerja untuk FIAT di kota Turin mulai sejak tahun 1930-an. Istilah lain yang diserahkan ke Juventus merupakan La Madama (Bahasa Piedmont untuk Madam), I Bianconeri (Hitam Putih), serta Le Zebre (Sang Zebra) yang memberikan warna seragam mereka.
I Gobbi (Sang Bungkuk) merupakan sapaan yang diperlukan untuk beberapa supporter Juventus, tapi seringkali diperlukan pula untuk beberapa pemain. Riwayat sapaan itu merupakan sewaktu beberapa pemain Juventus masih gunakan seragam mempunyai ukuran besar dengan tali pengait yang terbuka di sisi dada, di tahun 1950-an. Waktu pemain lari di dalam lapangan, seragam mereka lantas mengembang di sisi punggung seperti wajahut, maka dari itu mereka tampak menyerupai sama orang bungkuk.
Himne sah Juventus berjudul Juve (Storia di un Grande Amore) atau Juve (Kejadian Cinta yang Agung) dalam Bahasa Indonesia, yang dicatat oleh Alessandra Torre serta Claudio Guidetti, dinyanyikan oleh Paolo Belli di tahun 2007. Di tahun 2016, satu film dokumenter perihal Juventus yang berjudul Black and White Stripes: The Juventus Story dibuat oleh La Villa Brothers. Pada 16 Februari 2018, tiga episode awal dari seri dokumenter berjudul First Kubu: Juventus dilaunching di Netflix. Seri dokumenter itu ikuti kesibukan beberapa pemain baik di atau di luar lapangan selama musim.

Stadion

Sehabis main di Parco del Valentino serta Parco Cittadella pada dua musim pertama (1897 serta 1898), Juventus mainkan laga kandang mereka di Piazza d’Armi Fase sampai tahun 1908, terkecuali di tahun 1905 (tahun pertama mereka menggapai gelar scudetto) serta 1906 waktu partai kandang mereka dimainkan di Corso Re Umberto.
Mulai sejak tahun 1909 sampai 1922, Juventus main di Corso Sebastopoli Camp, sebelum ganti di tahun seterusnya ke Corso Marsiglia Camp serta bertahan disana sampai tahun 1933. Saat jarak waktu itu, mereka sukses menjadi pemenang empat titel juara liga. Akhir tahun 1933, Juventus mulai main di Stadio Mussolini yang baru diresmikan saat Piala Dunia 1934. Sehabis Perang Dunia II, stadion itu berubah nama jadi Stadio Comunale Vittorio Pozzo. Juventus gunakan stadion itu untuk menyelenggarakan partai kandang saat 57 tahun, serta mainkan keseluruhan 890 laga liga. Walau begitu, Juventus konsisten gunakan stadion itu untuk session latihan sampai bulan Juli 2003.
Mulai sejak tahun 1990 sampai musim 2005–06, club asal kota Turin itu mainkan partai kandang mereka di Stadion Delle Alpi, yang dibuat untuk Piala Dunia 1990. Kadangkala, mereka pula gunakan stadion lain seperti Renzo Barbera di Palermo, Dino Manuzzi di Cesena, serta San Siro di Milan.
Pada bulan Agustus 2006, Juventus kembali lagi main di Stadio Comunale, yang saat ini diketahui untuk Stadion Olimpico, sehabis stadion itu di renovasi saat Olimpiade Musim Dingin 2006.
Pada bulan November 2008, Juventus memberitakan kalau mereka dapat menginvestasikan dana kurang lebih €120 juta untuk bangun stadion baru yang namanya Juventus Fase, di sisa area Stadio Delle Alpi. Tidak serupa dengan stadion awal kalinya, Juventus Fase tidak punyai trek lari, serta jarak di antara kursi pemirsa serta pinggir lapangan cuma 7,5 mtr.. Stadion memiliki 41.507 pemirsa itu mulai dibuat pada musim semi tahun 2009, serta dibuka lewat cara sah pada tanggal 8 September 2011, saat musim 2011–12. Mulai sejak tanggal 1 Juli 2017, Juventus Fase diketahui lewat cara komersil untuk Allianz Fase saat enam musim sampai 30 Juni 2023.

Pendukung

Juventus adalah satu diantaranya club sepak bola dengan jumlah partisan paling besar di Italia, dengan jumlah tifoso nyaris 12 juta orang (32.5% dari keseluruhan tifosi bola di Italia), mengacu pada kajian yang dijalankan pada Agustus 2008 oleh harian La Repubblica. Tidak hanya itu, Juventus pula adalah satu diantaranya club dengan jumlah suporter paling besar di dunia, dengan jumlah fans hampir menggapai 170 juta orang (43 juta orang di Eropa), selebihnya ada pada Mediterrania, yang kebanyakkan diisi oleh imigran Italia. Club Turin ini pula punya fans klub yang lumayan besar di penjuru dunia, antara lainnya di Indonesia adalah Juventini Indonesia.
Tiket-tiket laga kandang Juve memang tak selamanya habis tiap kali Juve berlaga di Seri-A atau Eropa, sebab rata-rata fans Juve di Turin malahan menyuport club kecintaan mereka melalui bar-bar atau restoran. Di luar Italia, kebolehan supporter Juventus terlalu kuat. Juve sangat juga digemari banyak orang di Italia Utara serta Pulau Sisilia, serta jadi kebolehan besar waktu Juve berlaga tandang, yang serta bertambah kuat ketimbang beberapa partisan di Turin sendiri.
Untuk wilayah Indonesia sendiri mulai sejak awal musim 2006-07 udah berdiri satu komune teristimewa untuk beberapa pengagum Juventus, dengan nama Juventus Klub Indonesia (JCI). Komune ini lantas disadari untuk hanya satu fans klub sah Juventus untuk Indonesia pada awal musim 2008-09 sehabis hampir 3 tahun bertarung untuk mendapati lisensi dari faksi Juventus di Italia
submitted by bwfslot to u/bwfslot [link] [comments]


http://rodzice.org/