Welcome to /indonesia. Selamat datang di subreddit /indonesia. Please follow the rules and respect others. Mohon patuhi peraturan subreddit dan hormati orang lain.
ok kh pengurusan sekolah ugama anak kamu? heran ku nada makluman awal dari sekolah mengenai bila kn mula sekolah ani. anak ku yg kn masuk darjah 4, mlm isnin bah baru kena gtau dalam whatsapp yg sekolah akan mula 6jan ani. ku pikir tah sekolah anakku saja yg masalah, sian ku dgr d sek ugama lain. Smpai bah sudah indung atu menghntr anak ke sekolah, sekali kena sambut oleh ckg nya d parking kena gtau suruh balik. iatah jgn heran mun opis kosong 2 hari ani. Anakku yg masuk darjah 6 ani pun nada makluman awal bah bila kn start sekolah. Senarai buku pun apa alum bah kena bagi. Andang plang tiap tahun cmani jua kejadiannya. Tapi cuba tah tahun 2024 ani, sudah HM malar kn btitah pasal wawasan 2035, bisai2 tah pentadbiran sekolah ugama. buat tah persiapan awal. Kalau sekolah bukan ugama boleh buat persediaan masa hujung tahun, sekolah ugama pun semestinya boleh bah jua. #mora #tidur #lagging
maraknya seks bebas untuk anak muda sekarang sangat gampang terdeteksi karena ada sosial media, jadi bukan hanya menyebar mulut ke mulut. artinya, gue pun bisa tau beberapa temen (yang ga deket-deket amat) yang nikah karena jebol dll., tanpa mencari apapun karena emang tbtb lewat aja di timeline. gue juga ga bersih-bersih amat, im not judging anyone.
gue diskusi ringan sama kakak sepupu, random aja dia ngerasa beberapa orang di keluarga kok tanggalnya ga match pernikahan—lahiran. termasuk bonyoknya (om-tante gue), yang nikah 8 bulan sebelum dia lahir.
cuman gue setiap liat generasi bonyok tuh liatnya mereka ya baik proper dan ga nakal, karena ya gue ketemu mereka di fase mereka dah jadi orang tua kali ya(?) tapi gue jg tau they were once young too, and yee sometimes anak muda nakal di berbagai aspek wkwk.
just how common is it? 🤔
Catatan:
- Kompatibilitas di sini nggak harus 100 persen sama, tapi at least ada beberapa yang bisa dikompromi dan disepakati.
- ini konteksnya di Indonesia ya karena kalau di tempat lain mungkin kompatibilitas agama nggak begitu penting tapi malah kompatibilitas ideologi, ras, dlsb misal di Amerika apakah kamu support BLM atau enggak, kalau di Korea Selatan mungkin pandanganmu terhadap aspek fisik dan perubahan fisik (karena di sana operasi plastik itu rampant) dsb
Tl;dr
- Worldview (Values), Sociocultural, & Religious Compatibility. Kalian religius kagak? Seberapa sering ke gereja atau masjid? Fundies or libs? Kl 1 religius 1 gak, gimana kesepakatannya? Gmn dg keluarga? Menurut kalian, gerakan 212, FPI, HTI, itu gmn? Pandangan kalau semisal pindah agama atau nikah beda agama? How about LGBTQ? Terus seberapa rasis kamu? Kl semisal punya tetangga chindo atau orang Papua gimana?
- SES, Lifestyle, & Financial Compatibility. Background keluarga gmn? Menengah, ke bawah, atau ke atas? Circle gmn? Dulu S1 jurusan apa dan kampus mana? Kerjaan sekarang jadi apa, di mana, & udah berapa lama? Sandwich gen bukan? Peran di finansial keluarga sbg apa? Gimana cara ngelola income & expenses? Lo tipe frugal or spender? Financial goal lo apa? Udah Investasi di mana aja? Apakah posisi saat ini ada hutang, cicilan, atau tunggakan paylater? Kl gak, apakah di masa depan ada rencana ngambil?
- Gender Role, Relationship, & Sexual Compatibility. How do you see you physical attractiveness of each other? Apakah kalian sexually active, terutama seks pranikah? Kl 1 sexually active 1 gak, gimana kesepakatannya? Pendapat soal kontrasepsi? PMO? Poligami ? Apa batasan selingkuh buat lo? Kontribusi apa sebagai cewek atau cowok yang bisa lo kasih? Kerjaan rumah tangga apa yang bisa lo pegang? Mau punya anak atau childfree? Kalau punya anak gimana parentingnya? Pendapat kalau cewek punya penghasilan lebih? Siapa yang jadi breadwinner? Mau SINK, DINK, SIwK(s), or DIwK(s)?
- Traits/Habits, Health, & Interest Compatibility. Ada traits or habits yang sering di point out sama orang-orang (baik yang positif maupun negatif)? Lo punya kebiasaan minum gak? Rokok? Party? Nge fly? Judol? Pinjol? Sering olahraga gak, kl iya olahraga apa? Ada penyakit atau kelainan khusus yang diketahui? Atau pantangan/ alergi / diet spesifik? Punya minat dan hobi di bidang apa? Ada hobi dan minat yang sama yang bisa dilakuin bareng nggak?
Background: belakangan saya sering melihat post berisikan pasangan yang "tidak harmonis", yang mana setelah menikah, mereka terlihat tidak harmonis. Then I look into some stats, dan saya menemukan bahwa
penyebab utama perceraian di Indonesia adalah pertengkaran terus menerus yang tidak ada kemungkinan rujuk, yang saya pikir itu absurd, karena pertengkaran pasti tidak akan terjadi kalau semisal tidak ada trigger-nya. Which is nggak terlalu useful. So, saya mencoba dive in ke sumber lain, so I find something like this:
- Cerai Gugat: Telaah Penyebab Perceraian Pada Keluarga di Indonesia : yang membagi menjadi Masalah Ekonomi, Komunikasi Buruk, Perselingkuhan, dan Sosial Budaya
- ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI KABUPATEN BANYUMAS, (JIKK IPB) yang membagi menjadi sejumlah variable yakni ekonomi, Suami tidak bekerja, pergi, tidak peduli dan tidak tanggung jawab, KDRT, perselingkuhan, kesulitan menangani perbedaan, istri tidak perhatian, istri pemarah, dan perkawinan tidak memenuhi harapan.
- FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERCERAIAN SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 DI KOTA BUKITTINGGI (Psikologia Umsida), yang membagi menjadi sejumlah variable yakni Perselingkuhan, KDRT, Perselisihan dan pertengkaran terus menerus, faktor ekonomi)
So with those in mind, here are what I could come up with.
A. Worldview (Values), Sociocultural, & Religious Compatibility Worldview adalah cara pandang kita terhadap dunia, dan sering sekali memberikan identitas kepada kita. Hal ini termasuk adat-istiadat dari suatu suku atau etnis,
political leaning dan juga nilai-nilai keagamaan seseorang. Terlebih di Indonesia, di mana segala-galanya sering kali dikaitkan dengan agama, maka kompatibilitas di tiga hal ini menjadi cukup relevan. Pandangan atas worldview juga seringkali berdampak pada kompatibilitas lain. Sebagai contoh, jika kalian lebih condong ke arah liberal daripada konservatif, kalian mungkin akan cenderung mendukung feminisme dalam peran gender ketimbang patriarki. Jika kalian adalah Kristen yang taat, kalian mungkin akan setuju untuk mempraktikkan abstinence, dan sebaliknya kalau kalian nggak religius-religius amat, mungkin kalian akan setuju dengan premarital sex intercourse. Atau bisa juga kalian memiliki pandangan eksklusivisme, jadi kalau Chinese ya harus menikah dengan Chinese, kalau misal Islam menikah dengan Islam, dlsb, sementara ada juga orang lain yang kalau Chinese nggak harus nikah dengan Chinese, kalau Islam nggak harus nikah dengan islam, dlsb. Meski yah kita nggak bisa menyangkal kalau semisalnya latar belakang kultural pasangan jauh berbeda, maka mungkin akan muncul kesalahpahaman dan potensi konflik dibandingkan dengan latar belakang sosiokultural yang sama.
Kompatibilitas worldview, sosiokultural, dan agama paling optimal adalah 1) memiliki kewarganegaraan, ras, suku/etnis, dan agama; dan 2) memiliki sikap political dan ideological yang sama terhadap aspek-aspek ipoleksosbud-SARA (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, suku, agama, ras, antargolongan) dlsb. Sebagai contoh, sama-sama WNI, Jawa, Islam, terus sama-sama nggak terlalu njawani maupun Islam-nya sama-sama KTP.
B.
SES (Social Economy Status), Lifestyle, & Financial Compatibility Kompatibilitas Status Ekonomi Sosial, gaya hidup, dan cara pandang terhadap keuangan menjadi sesuatu yang juga penting, karena banyak banget yang merujuk kompatibilitas ekonomi ini sebagai issue. Kompatibilitas SES ini biasanya berkaitan dengan background keluarga dan personal, misal latar belakang pendidikan (baik orang tua maupun diri sendiri), pekerjaan , posisi di masyarakat, dlsb, termasuk juga apakah ada yang pernah terlibat masalah hukum. Lifestyle lebih bersikap ubringing dan circle pergaulan, e.g. where and how you spend your money, atau apakah kamu lebih frugal, minimalis, atau lebih ke suka spending. Adapun kompatibilitas finansial ya lebih ke perspektif atas pengelolaan keuangan pribadi, seperti balancing antara investasi, pengeluaran, dan pemasukan, jumlah tanggungan, asuransi, sumbangan yang bersifat keagamaan, dlsb.
Kompatibilitas SES dan keuangan ini bisa merupakan fakta/realitas maupun sikap. Contoh fakta/realitas adalah memang gap SES keluarga yang jauh (misal satu anak dari keluarga CEO, sedangkan satu lagi adalah anak dari keluarga buruh tani), atau dari sisi kestabilan antara pemasukan dan pengeluaran. Sedangkan sikap adalah sesuatu yang lebih mudah untuk dibentuk/diubah, misalnya adalah pandangan atas kesetaraan penghasilan, di mana laki-laki harus memiliki kekayaan dan penghasilan lebih tinggi daripada perempuan, tapi alih-alih generating another source of income, mereka justru melarang perempuan bekerja (ini ada kaitannya dengan kompatibilitas peran gender).
Kompatibilitas SES, lifestyle, dan finance yang paling optimal adalah apabila kedua pasangan: 1) berasal dari keluarga dengan SES & lifestyle yang tidak jauh berbeda; 2) memiliki latar belakang pendidikan yang tidak jauh berbeda; 3) memiliki pekerjaan dan penghasilan yang lebih kurang setara; 4) memiliki personal lifestyle dan juga circle yang tidak terlalu berbeda jauh; 5) memiliki sikap, kondisi, kebiasaan, dan goal keuangan yang mirip (ini biasanya berkaitan dengan lifesyle juga); serta 6) crisis management dalam hal finansial.
C. Gender Role, Relationship, & Sexual Compatibility Kompatibilitas peran gender, pola hubungan, dan seksualitas menjadi penting karena hal ini biasanya berkaitan dengan kesepakatan atas bagaimana kedua pasangan berinteraksi. Secara umum beberapa orang lebih menyukai peran gender yang dominan tradisional sedangkan beberapa lagi lebih menyukai dominan progresif, meski kebanyakan akan fall inbetween. Banyak sekali perselisihan yang muncul karena adanya ketidaksesuaian dari ekspektasi peran gender; misal dari yang paling sering beredar adalah ekspektasi atas cowok bayarin saat first date, atau cewek nggak boleh kerja/fokus ngurus rumah tangga dan anak saat sudah menikah.
Gender role sendiri berkaitan dengan domestic work & parenting, misal siapa yang dominan menjadi breadwinner (ini ada kaitannya dengan kompatibilitas finansial), bagaimana pembagian peran dalam mengurusi household chores (yang masak, nyapu, nyuci baju, dsb), atau apakah ada yang mau di-outsource (misal hire ART atau nanny). Begitu juga pola hubungan dan seksualitas, kalau LDR gimana, sikap atas hubungan seksual pranikah, sikap terhadap alat kontrasepsi, mau punya anak atau nggak, which body parts yang oke untuk diperlihatkan atau disentuh, sikap atas PMO (Porn, Masturbation, Orgasm) dlsb. Seksualitas ini juga termasuk physical attractiveness, semisal dari segi wajah dan badan, aspek fisik apa yang membuat kalian turn on, dsb.
Kompatibilitas peran gender, pola hubungan, dan seksualitas erat kaitannya dengan relasi kuasa, kalau kita lihat tuh banyak yang cerai karena ketimpangan relasi kuasa, misal KDRT, poligami, nikah siri, perselingkuhan, di mana ujung-ujungnya yang disalahkan atau menjadi korban adalah perempuan. Begitu pula adanya ekspektasi berbasis gender seperti disebutkan di atas, yang kadang jadi sumber perselisihan.
Kompatibilitas Gender Role, Relationship, & Sexual yang paling optimal adalah saat kedua pasangan; 1) memiliki kesepakatan yang jelas atas kontribusi maupun manajemen finansial rumah tangga, peran domestik, dan pola /peran parenting; 2) memiliki kesepakatan dan/atau ekspektasi yang jelas atas fidelity (eg poligami, batas perselingkuhan) dan bagaimana mengekspresikan hubungan romantis, baik interaksi yang dilakukan secara personal maupun di masyarakat; 3) memiliki pandangan yang selaras mengenai seksualitas, seperti pola, frekuensi, dan pendekatannya; serta 4) memiliki crisis management dalam hal peran gender, hubungan, dan seksualitas.
D. Traits/Habits, Health, & Interest Compatibility Kompatibilitas sifat, kebiasaan, kesehatan, dan minat ini biasanya berkaitan dengan yang lain-lainnya. Misal, personality traits dan habits itu pasti ada kaitannya dengan upbringing, SES, hubungan dengan orang tua, values/prioritas hidup yang kamu anggap penting, pandangan atas gender, dlsb. Nah, Kebiasaan ini ada yang bersifat baik dan buruk--di mana standar baik dan buruk ini sangat tergantung perspektif masing-masing (meski apabila dilakukan berlebihan juga tidak baik). Ada yang menganggap bahwa bersikap vokal / asertif merupakan sesuatu yang baik (biasanya distereotipkan dengan orang batak), sementara ada juga yang menganggap bersikap vokal itu buruk, dan kalau lebih baik mengalah daripada cari ribut (biasanya distereotipkan dengan orang Jawa). Tapi ada beberapa kebiasaan buruk yang kayaknya memang universally agreed menjadi sumber perceraian, yakn kebiasaan mabuk, judi, zina (ini konteksnya bisa perselingkuhan bisa prostitute), madat, ataupun apabila pasangan melakukan tindakan kriminal tertentu yang membuatnya masuk penjara. Begitu pula sikap kebiasaan yang membuat pasangan resort to violence atau abandonment, atau dari sisi finansial misalnya pasangan sering pinjol, judol, impulse buying, hoarding, dlsb ini biasanya juga jadi traits/habits yang red flag.
Begitu pula kesehatan, bahkan sangat disarankan untuk medical check up pranikah sebelum ke jenjang pernikahan, karena beberapa hereditary disease itu bisa lebih besar kemungkinan diturunkan apabila kedua pasangan memiliki gen carrier yang sama (misal dalam kasus penyakit thalassemia). Di samping penyakit bawaan, kesehatan juga termasuk kebiasaan hidup sehat (termasuk merokok atau konsumsi alkohol), pola olahraga dan pola makan, serta sikap terhadap pasangan atau anak apabila ternyata mengalami penyakit, kecelakaan/cacat, atau birth defect In fact, salah satu sumber perceraian tertinggi itu adalah apabila mengalami cacat badan, karena ini menempatkan pasangan dalam posisi caregiver, di mana nggak semua orang mampu atau siap.
Terakhir, interest itu merupakan sesuatu yang minor terutama kalau sudah menikah, tapi nggak jarang kalau terlalu berbeda, bisa jadi dealbreaker buat sebagian. Misalnya kalau nggak salah dulu ada yang sempat bikin post di sini soal pasangannya yang nggak begitu ngerti bahasa Inggris dan kurang tertarik dengan wold news / film berbahasa Inggris, yang ngebikin dia jadi kurang tertarik dengan pasangan itu (ini juga ada kaitannya dengan SES Compatibility, terutama dari segi pendidikan). Memiliki minat yang kompatibel juga berarti bahwa terdapat lebih banyak hal yang sama untuk dibicarakan, direncanakan, dan juga dihindari. Meski demikian, penting juga untuk mau berkompromi dan lebih baik lagi kalau mencari tahu lebih lanjut atas minat pasangan, sehingga dapat meningkatkan kompatibilitas.
Kompatibilitas Traits/Habits, Health, & Interest yang paling optimal adalah saat kedua pasangan: 1) memiliki ekspektasi yang jelas atas sifat dan perilaku (kebiasaan) apa yang acceptable / tolerable dan mana yang tidak; 2) memiliki pemahaman atas kesehatan dan pengelolaan kesehatan diri, 3) punya minat yang selaras, atau mau belajaberkompromi atas minat satu sama lain, dan 4) punya crisis management terutama yang berkaitan dengan kesehatan atau traits/habits tertentu