2024.04.02 00:13 Sapphiresophiee Pieces 26
2024.01.06 22:31 aryaguna09 unpopular opinion: politik identitas bagus utk demokrasi Indonesia
2023.12.23 18:10 upperballsman Beberapa Catatan Menarik dari Kesaksian Pelayaran Kompeni Ke Hindia Timur (Nusantara) 1596-1598.
... Pada 23 Juni, Comissioner masing masing Kapal (Dari 4 Kapal yang berlayar kala itu) Mengambil Posisi Kapten dan Cornelis de Houtman dijadikan KApten Mayor. Pada hari yang sama mereka melihat di Teluk Jawa, sebuah kapal yang oleh penduduk disebut "Jonque" (Jong)": Ia memiliki Tiang Depan, Tiang Utama, dan Tiang Mizzen (yang paling tinggi), dengan Layar Utama dan Layar Sprit. Dari Jauh ia terlihat seperti Kapal Nelayan Ikan Herring, namun cara Ia Berlayar benar benar berbeda. Layar Layar itu ditenun dari Serat, tali tali layar itu terbuat dari bahan yang sama. Sebagian besar Kapal itu disambungkan dengan cara yang sama sebagaimana Tukang Kayu (Cooper) menyambungkan gentongan kayu (Cask). Beratnya adalah 30-40 Ton. Aula nya juga diselimuti oleh serat-serat sebagaimana rumah rumah Orang Desa di Holland. Ketika Jong itu mendapat angin yang kencang, mereka mengencangkan tali dari Tiang Tengah ke Tiang Depan, dan Tiang Utama ke yang lainya, Layar Layar itu di jahit ke Ratingues di bawah dan diatasnya pada jarak yang sama, hal seperti itu sama sekali merupakan pemandangan yang baru dan luar biasa bagi orang Eropa (saya gk menemukan apa arti Ratingues)
[konteksnya mereka sedang mendeskripsikan kondisi Pasar Banten dengan sangat detil] ... Dekat tempat itu mereka menjual kacang kacangan dari berbagai warna, Putih, Hitam, Merah, Kuning, Hijau, Abu Abu. Lalu setelah melewati Kain Linen dan Jalanan Pedagang lain, adalah Pasar untuk Bawang Bawangan, Kantor Asuransi untuk Kapal ditempatkan disini, ketika Kapal Kapal itu selamat pulang, mereka mendapat keuntungan, tapi ketika kapal kapal itu tidak selamat pulang, mereka kehilangan uang mereka.
.... Setelah Sehari Mendarat, mereka melihat sang pangeran duduk di Gajahnya, dengan kakinya yang disilangkan seperti tukang jahit kita, dia disana dinaungi penutup (atap), yang berbentuk sapi, dengan pembagian pada satu sisi nya (?)(with a partition on one side), dan kanopi diatas kepalanya, untuk melindunginya dari panas dan hujan. Dia mengenakan Doublet (Jaket ala eropa) yang berwarna beludru hitam dengan lengan yang lebar. (ini mungkin maksudnya Surjan), dan yang mendampinginya bersenjatakan Musket dan Javelin, yang beberapanya memiliki besi besar diujungnya. Orang yang mengendarai gajah memegang kail di tanganya untuk menyetir jalan-nya gajah yang bisa berlari secepat kuda.
Orang Orang biasanya hidup dari mencari ikan dan beternak, mereka telanjang dari pinggang ke atas, sisanya ditutupi oleh Kain (Callico) dan Keris (Dagger) menggantung dari Sabuk (Girdle) Mereka; Para Bangsawan mengenakan Jubah Kecil (Little Camlet Coat)
Mereka berlayar dengan kapal perang mereka, yang mana mereka sangat bangga terhadapnya. Kapal Perang mereka berbentuk bagaikan Naga, dan dapat berlayar dengan baik, Kapal tersebut membawa Bendera-Bendera dan Ornamen Kecil Lainya ... Ketika Admiral Ambon mendatangi mereka (Belanda), dengan 3 Kapal perang terbaik mereka, yang mana mereka sebut sebagai Kora Kora (Caracoores), mereka diisi dengan banyak orang yang berlaku baik, dan disertai juga kebutuhan perang untuk darat dan laut Dia (Admiral) menunjukan pada kunjungan itu, semua tanda kebahagiaan: Orang Orang bernyanyi, dan memukul Drum Panjang dan Basin Tembaga (semacam gamelan) mereka, yang mana mereka bersahut sahutan dengan suara dan ayunan mereka, yang memang kejadian itu cukup menyenangkan. Setiap Kora Kora membawa 3 Meriam Putar (Patereroes) yang mereka ledakan untuk menghormati Belanda, yang mana juga meledakan Meriam mereka dalam balas budi.
15 Maret 1599, ketika 2 kapal (Belanda) memasang jangkar di Ambon, 2 Kapal Jong Perang datang dari Jawa, membawa prajurit untuk membantu penduduk Ambon, yang menginginkan orang Jawa untuk mengirimkan Pasukan Bantuan untuk menyerbu benteng Portugis yang mengganggu kehidupan sehari hari, Pasukan Tambahan ini disambut dengan kehormatan dan kebahagiaan. (bisa jadi ini adalah armada Terakhir Sunan Giri Prapen yang kala itu sudah sangat tua berdasarkan catatan De Graaf, dari berbagai sumber tutur dan catatan tradisional Sudah sejak masa Raden Paku (Sunan Giri I) Giri menanamkan pengaruhnya di Hitu (Ambon), pada ekspedisi Belanda Selanjutnya tahun 1602 Oliver Noord melihat bahwa Giri-Gresik sudah dalam kuasa Surabaya (De Graaf) )
Para Penduduk Pulau ini sangat cinta warna warni, dan terkhusus dengan warna Merah darah ... Para Abdi mengenakan Sutra, dan Kain kain yang indah, Celana mereka sangat lebar, mengikuti gaya portugis mereka mengenakan Jaket Kain (Doublets made of Calico), atau baju berbahan Kulit Pohon, yang dibuat secara luar biasa, Pendeknya, Penduduk adalah orang orang yang baik dan jujur, lebih mudah tertawa dan lebih adil daripada orang Jawa. Semua Kapten sudah tua dengan Jenggot Abu abu yang panjang. Sang Raja memiliki 30 Kora Kora, yang sebagian membawa 4 sampai 6 Meriam Putar.
.... Mereka menggunakan tameng Vertikal sepanjang 1,2 Meter, dan Pisau yang panjang dan berat, yang mana mereka bisa pakai dengan cepat, karena orang tua mereka mengejari anak-anaknya untuk menggunakan tangan dengan lincah. Mereka juga punya Musket dan Meriam Putar, dan ketika mereka pergi ke suatu ekspedisi, mereka membawa Javelin panjang sepanjang 3 Meter (a fathom and a half), yang mereka lemparkan dengan begitu kuat dan akuratnya, sampai memungkinkan untuk menembus tubuh manusia. lalu mereka mengambil dagger mereka dan berkelahi dengan penuh amarah. Mereka juga menggunakan senjata lain yang dibuat seperti Besi Penguat (Cramps-Iron), di kencangkan di ujung stik, dan diikat dengan tali, mereka melemparnya bagaikan anak panah dan menariknya kembali. (Gue rasa ini basically Spear-Launcher mirip yang dibuat Primitive Technology) Mereka juga punya Pakaian Kepala yang sangat mereka hargai, terbuat bagaikan Coeks-Comb (??, Maybe Cooks-Comb? Bunga India?) dan diatasnya adalah Burung Cendrawasih alih alih Bulu Burung, karena mereka percaya bahwa Burung ini akan melindungi mereka, (Mungkin Burung yang diawetkan?) Para Bangsawan menggunakan Armor, dan berpikir bahwa mereka sangat aman akan ancaman dan luka luka.
Mereka punya Gladiator, atau Penduel, yang disebut "Bakeleiers" (Gue gk tau ini ejaan asli nya apa), yang mengenakan pakaian kepala, dan Burung Cendrawasih diatasnya. Ketika bertarung mereka berdiri pada satu kaki, siap menerjang musuh yang juga melompat kebelakang dengan satu kaki, dan ini dilakukanya dengan cepat dan lincah. Mereka sangat bangga dengan ini dang terus terusan menantang Belanda untuk berduel dengan-nya, menawarkan satu lawan enam: Memang, Suatu Belanda menawarkan duel dengang Pedang dan Dagger, tapi mereka tidak menerima tawaran itu. Penduduk hanya mau diel dengan Dagger dan Tameng Panjang.
2023.12.12 10:53 TruthversusSlander KFC area aq dah jadi daif sgt, xde itu xde ini sbb org lebih pilih xnak masuk KFC, xnak pergi KFC. Asyik lengang je KFC. Hari ni aq try skali, coleslaw xde, butterscotch bun xde, semua diganti dgn fries. Aku rse xde item lain lg, malas nak baca semuanya panjang sgt.
2023.12.02 08:40 MerkuriIntan Hi komodos, sekedar mau ngeluapin cerita disini sebagai seseorang yang mencap diri "failed as a human, brother and son" dan berfikiran untuk "menutup buku"
Halo komodos, aku izin sekedar mau cerita disini karena sejujurnya selama ini hanya jadi SR. Aku sudah sekian lama pengen menulis dan menceritakan ini, namun karena terkendala waktu, mood dan mngkn rasa takut jadi baru bisa keturutan sekarang. submitted by MerkuriIntan to indonesia [link] [comments] Maaf, sekiranya apabila ceritanya bakalan panjang banget. Jadi aku (M24) adalah seorang lulusan prodi sasing dari salah satu ptn di jateng. Sekarang ini aku tengah menganggur selama kurang lebih 6/7 bulan yang mostly juga karena kesalahanku sendiri yang begitu teledor dan kurang bijak dalam menyikapi usia dewasa. Aku sempat bekerja di sebuah bimbel bahasa inggris sebagai admin disana selama kurang lebih 7 bulan sebelum diriku memutuskan untuk resign dari sana, tanpa mempertimbangkan adanya pekerjaan pengganti atau tidak sebelumnya. Sebelumnya memang sudah ada beberapa interview sebelum aku benar-benar keluar dari situ, namun memang belum berjodoh apa gimana aku belum benar-benar bisa secure pekerjaan sebelum aku memutuskan resign. Aku merasa sangat unwise dan terlalu larut dalam overthinkingku kala itu (akan aku perjelas di paragraf selanjutnya). Ada beberapa hal yang mendasari keputusanku untuk resign, namun 2 yang menjadi poin utama adalah mengenai benefit gaji dan jam kerja. Memang di awal sudah ditekankan apabila gaji yang diberikan akan dibawah UMK yang ada (hanya di angka 1 juta sekian). Itupun ternyata, masih ada potongan sekian persen dikarenakan bimbelnya masih dianggap oleh pihak Finance terdampak oleh pandemi, dan tidak dapat dipastikan untuk bisa kembali ke penghitungan gaji normal apakah bisa dilakukan dalam waktu dekat. Untuk benefit gaji sendiri aku merasa masih bisa menyanggupi karena aku juga untuk hitungan FG yang “sangat” minim skill (bahkan mngkn hampir ga punya) merasakan untuk mungkin mencoba mendapatkan pengalaman kerja yang nantinya, berharapnya, bisa dipergunakan untuk mempercantik CV. Untuk jam kerjanya, aku menanyakan soal hal itu, dan dari snaanya memberitahu apabila untuk jam kerja 6 jam dengan 2 shift (6 jam karena mngkn msh terdampak pandemi tadi, apabila sudah kembali bisa saja jadi 8 jam). Dan ada agenda-agenda lain seperti dinas ke luar kota dsb yang perlu dilakukan dan bisa saja menyita jam reguler yang sudah ada. Poin terakhir inilah yang mungkin menjadi pertimbanganku dan membuatku berfikir ulang. Jadi untuk bimbel ini sendiri ngga cuman bergerak di kantor utama, namun juga bekerja sama dengan sekolah-sekolah dalam mengisi ekstrakurikuler mereka atau menawarkan jasa pengadaan lab bahasa (include dengan guru freelance dan buku mapelnya). Jobdesc ku disini kebanyakan berfokus pada observasi dan monitoring bagaimana kegiatan belajar mengajar baik dari guru freelance di kantor utama maupun yang ditempatkan di sekolah-sekolah tadi. Aku juga berkoordinasi dengan koordinator sekolah terkait dengan performa guru yang ada, respons murid, kualitas materi yang diberikan serta pengaturan jadwal seperti sesi foreigner (disini ada freelance foreigner juga, tapi ku lihat2 yang bisa stabil dtg cuman 1 orang) ujian mid dan final test. Pada mulanya, tepatnya 3 bulan pertama, aku masih merasakan enjoy dan senang untuk melakukan semua jobdesc yang ada. Walau terkadang masih sesekali kena tegur karena datang terlambat (jarak rumah ke kantor dulu memakan waktu krg lbh 45 menit) namun untuk perihal yang lain so far aku sendiri ngerasa masih sanggup-sanggup saja. Namun, hal yang sama mungkin ngga aku temui dengan orang rumah alias ortu yang ngerasa pekerjaanku memang dinilai masih terasa kurang dan mereka berharap jga aku bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Opini mereka menurutku valid karena aku sendiri punya 2 kakak yang memang sudah terlampau sukses, 1 bekerja di BUMN dan satunya lagi bekerja di sebuah perusahaan startup unicorn di Indonesia. Memang, sedari aku kuliah semester 1 aku mulai sadar apabila aku memang super inferior dibanding kakak-kakak ku. Aku memang ngerasa gapunya sesuatu hal lebih yang mngkn ga dimiliki oleh kedua kakakku. Aku terkadang takut untuk melihat mereka di kala diriku yang super inferior ini masih belum bisa berdiri tegap “setara” dengan mereka. Bahkan ortuku sendiri juga mengiyakan hal tersebut, dan memang aku jga merasakan hal yang sama. Pernah ada momen dimana ketika aku terselip gaji yang biasa kudapat hanya sekian 1 juta pun, ada sedikit gelak tawa dari ortuku karena merasa memang terlampau jauh bgt dari yang beliau harapkan (gajiku paling rendah di keluarga). Walau memang setelahnya mereka juga mengucap untuk tetap bersyukur akan rejeki yang ada, namun celetukan tawa tadi seolah-olah kutanggapi dengan mood negatif karena mengira memang aku akan berakhir jadi anak yang gagal di keluarga ini. Ortuku keduanya adalah seorang guru pns, bapak sudah pensiun dan ibu tahun depan ikut juga. Walau begitu, ada rasa malu dan merasa terbebani apabila aku nggak bisa mengikuti jejak anak-anak ortuku yang lain yang sudah sukses. Terlebih, kesan aku menjadi adik yang beban dan ortu yang enabling sepertinya juga jelek juga. Kembali ke topik pekerjaan di bimbel tadi, aku mulai merasakan ketidakselarasan antara workload dan benefit yang kuterima ketika aku mulai menjalani agenda dinas keluar kota. Mulanya aku berfikir agenda biasa pergi ke luar kota gitu, namun tidak. Aku diharuskan untuk berangkat jam 3 pagi demi untuk mem-paskan waktu dengan kegiatan KBM sekolah di luar kota sana (aku sudah melakukan agenda ini sekitar 4 kali, 2 kali ke kab. di jatim dan 2 kali juga di kab. di jateng). Biasanya, agenda ini dilakukan dengan perihal pembuatan laporan observasi lab bahasa atau untuk pelaksanaan TOEFL/TOEIC secara offline. Aku sedikit kaget mulanya karena aku berangkat pagi-pagi buta dan pulangnya pun bisa jadi melebihi jam kerja yang ada (oh iya aku lupa memberitahukan apabila tidak ada uang lembur disini). Apabila aku ngga salah, agenda ini ngga setiap waktu ada, minimum 1 bulan sekali memang. Yang mungkin lebih susah untuk ditebak adalah ketika ada agenda keluar kota terdekat (minimal 30-45 menitan jaraknya) yang mengharuskan untuk menggantikan guru freelance yang berhalangan secara mendadak. Memang, sudah ada pemberitahuan apabila hendak ijin bisa memberitahukan lebih awal. Namun terkadang aku masih menemui kasus dimana seharusnya aku jam 2 siang sudah bisa pulang, terpaksa harus menggantikan guru yang bersangkutan karena baru memberitahukan ijinnya pada saat jam 11-12 siang. Dan hal ini benar-benar tidak bisa diprediksi, dan akupun yang memang merasa skill mengajarku sangat kalah apabila dibandingkan anak-anak pendidikan otomatis kalang kabut ketika mendadak harus menyiapkan materi, absensi dan apa yang sekiranya bakal aku lakuin di sana nantinya. Kembali ke agenda keluar kota yang berangkat jam 3 pagi tadi, puncaknya adalah ketika aku ditugaskan untuk pergi ke cilacap dan berangkat jam 10 malam. Berbeda dengana agenda sebelumnya yang mungkin aku bisa pulang 2-3 jam dari jam seharusnya aku pulang, disini I’m literally working for 24 hours. Aku berangkat jam 10 malam dan tiba kembali disini pun jam 10 malam keesokannya pula, itupun aku sampai di kantor bukan yang sampai di rumah. Agendanya sedikit berbeda karena bukan observasi yang bisa sebentar, melainkan pendampingan untuk foreigner atas permintaan personal sekolah. Darisitulah aku merasa kalau mungkin kayak, apakah worth it untuk tetap melanjutkan ini? Dengan benefit sekian yang gaada lembur serta mungkin tidak ada kejelasan naik benefit or jenjang karir? Terlebih kadang aku merasa berfikiran negatif dengan orang tua di rumah karena melihat anak bungsunya yang mungkin akan berakhir tragis tidak bisa mengikuti jejak kedua kakaknya. Hal ini sudah kurasakan semenjak tahun lalu saat ku masih skripsian juga, saat judulku ditolak 2x dan aku merasa hilang arah karena banyak cibiran yang kuterima kala itu dari dosen-dosen yang menanyakan mengenai progress skripsiku, karena aku jauh tertinggal drpd temen2ku. Untungnya, aku sendiri ntah bagaimana bisa menyelesaikannya tepat waktu dan aku merasa itu menjadi salah satu best experience yg pernah kualami sejauh ini (mngkn terdengar sepele, namun bagiku sangat berkesan krn aku sering pusing dan nyetok obat pusing dari apotek kala itu). Setelah menimbang-nimbang, membaca-baca sedikit artikel tentang masa kerja normal untuk resign dsb, aku memutuskan untuk resign pada bulan ke tujuhku disana. Aku menyelesaikan semua tugasku disana dan mengucap goodbye sembari membelikan rekan-rekan disana beberapa roti dan kaleng wafer. Satu bulan pertama aku masih giat untuk mencari pekerjaan baru. Mengirimkan lamaran di lowongan yang ada, dan menunggu balasan yang ada. Akan tetapi, ntah apa yang merasuki diriku, pada bulan 2-4 aku seperti kehilangan minat dan arah dalam menata hidupku yang kacau balau ini. Aku sering membaca curhatan salah satu komodos disini yang sering berkeluh kesah soal skripsinya yang sudah diujung tanduk semester terakhir di DCT, dan komodos itu juga bilang apabila dia merasakan dirinya seolah-olah kehilangan minat dan keuletan untuk menuntaskan studinya. Aku serasa berada di perahu yang sama dengan komodos itu, hanya berbeda konteks saja karena aku dalam urusan pekerjaan. Aku benar-benar kehilangan arah dan terkadang hanya mengisi waktu dengan main game or baca-baca sosmed (I’m really sorry for being this lazy). Terkadang masih aku coba untuk memaksa diriku untuk menulis artikel sesuatu di sebuah website gitu yang membayar kontributornya untuk sekedar mengisi waktu luang, namun juga mencari mood dan menghadapi writer block jga bukanlah hal yang mudah. Ah iya, aku masih sesekali mengajar privat gitu. Ku merasa lebih mudah menghandle satu anak daripada satu kelas begitu. Kemarin sempat ikut tes cpns oleh ortu, aku juga coba jabanin demi serasa untuk “showing effort” ke mereka agar tidak terkesan hikkikomori/nolep bgt begitu. Namun melihat bahwa di formasiku bener2 hanya dibutuhin 1 biji orang saja, seketika mengerucutkan semangatku dan benar saja, tanpa persiapan matang aku gagal di tes nya dengan skor TIU ku dibawah passing grade. Setelahnya, sekarang ini, aku kembali mencoba untuk sekedar melamr lagi di beberapa tempat. Aku ngga terlalu tau pasti skill apa yang kupunya, terkadang aku lebih memilih untuk memasukkan lamaran di posisi seperti admin dsb, dengan berharap bisa mendapatkan gaji yang jauh lebih baik seenggaknya umk. Dalam lubuk hati, rasanya aku begitu bingung dan linglung mau dibawa kemana jiwa dan raga ini. Serasa aku hanya menjadi aib bagi keluargaku karena banyak hal yang aku gabisa kulakukan demi bisa setara dengan kakak-kakakku. Terlebih, pikiran negatifku dan overthinkingku semakin membabibuta kala mba iparku semua memiliki adik-adik yang seumuran denganku(or lebih tua dikit) jauh lebih sukses dan bisa menata hidup mereka dengan baik. Aku serasa menjadi seorang beban bagi kakak-kakakku. Terkadang sampai-sampai aku berfikir apabila mba iparku apakah membandingkan diriku dengan adik-adik mba iparku kala mereka sedang berada di ranjang. Aku tidak tahu darimana overthinking ini berasal, mungkin sudah terlalu lama aku bergumul dengan perasaan ini. Aku takut ketika banyak konten motivasi untuk menata hidup yang baik harus dimulai dengan memenuhi goals2 tertentu, atau membuat milestone tertentu. Seperti usia 25 harus sudah punya rumah, sudah punya tabungan/aset sekian, sudah financially independent dll. Terlebih apabila nanti sudah diburu dengan usia untuk dituntut berkeluarga. Urusan perut sendiri aja masih belum sepenuhnya kelar, apalagi perut orang lain gitu. 2x aku mencoba ke psikolog (yang masih terjangkau untuk dompetku) baik sebelum maupun sesudah resign belum bisa sepenuhnya menghilangkan overthinking dan rasa takutku akan masa depanku. Mau jadi apa aku? Mau ntar gimana setelah ortu pensiun semua, or bahkan ditinggal mangkat duluan? Apakah bakal tetep jadi aib keluarga yg gabisa dibanggain di mata ortu lain? Apakah bakal mati menyendiri sebatang kara? Sewaktu-waktu aku melihat ventilasi ruangan, kadang ada penglihatan untuk melihat diriku menggantung disana. Sekali pernah ketika orang rumah sedang pergi keluar semua, tak ada seorang pun, aku mencoba untuk mearik sebuah kursi dibawah ventilasi tsb dan menggantungkan sebuah sarung yang coba kulilitkan diantara leherku. 2-3 menit ku terdiam memikirkan “Am I already hit the rock bottom? Will I give myself another chance? Isn’t this the perfect way to end it?”. Aku urungkan niat tersebut krn aku merasa belum bener2 hit the rock bottom, tpi pikiran soal aku menggantung itu kerapkali terngiang. ilustrasi saja Kalaupun memang aku matipun, aku pengen meninggalkan rekening serta barang2 elektronikku untuk mereka bisa jual nantinya. Ga banyak memang, rekeningku sendiri hanya sekitar 12jt aja aku bener2 simpen selama 6 bulan ini hasil bekerja dan sisa dana kkn dulu. Aku ga main slot, judi ataupun pijol dll. Mungkin hanya itulah yg bisa kutinggalkan untuk mereka. Aku merasa hopeless, takut, menjadi seseorang yg hanya jadi beban dan aib bagi orang lain. Takut menjadi yang paling ketinggalan kereta daripada yang lain. Pernah saking tantrum dan bingungnya aku jedotin kepalaku ke sebuah meja beton sampai benjol, atau kepala belakang ke tembok gitu. Pengen mencoba donor darah biar seenggaknya merasa bis aada value as a human being buat bisa berguna buat org lain, selalu ditolak gara2 tensi tinggi/hb nya yg lewat. Aku pernah dulu semasa kerja kepala serasa digetok palu kencang bgt randomly gitu, dan ternyata kena tensi di angka 100an/90an lbh. Kata dokternya emg jangan terlalu banyak pikiran dulu dan jaga waktu tidur istirahat gitu. ilustrasi saja Semenjak awal tahun ini rasanya jadi gampang bgt terlalu larut dalam kesedihan sampai-sampai hanya krn aku trerlalu was-was akan gimana soal masa depan sendiri nantinya, aku kerap menangis sendiri di dalam kamar cukup lama. Hanya dengan membenturkan kepala di touchpad laptop saja sembari memikirkan diriku 5 tahun kedepa, seketika membuatku mataku berlinang air dan sesenggukan. Aku malu untuk mengakuinya, karena kesan disini memang cowo lebih tegar, kuat dlm menutupi emosi yang ada. Cowo lebih membuang semua perasaan itu buat nemuin jalan keluar yg ada, namun aku sendiri ga bisa melakukan hal semacam itu, ntah kenapa. Aku malu menjadi cowo yang gampang nangis gini, kesannya ga manly gitu. Aku pengen senggaknya bisa mengukir senyum bangga di wajah kedua orangtuaku sebelum aku bakal say goodbye for the last time ama mereka. Mba iparku pernah sekali bilang ke aku pas lebaran "gausah malu-malu dek, anggep aja kakak sendiri", serasa aku pengen jawab "I will never be your younger brother, sis, not until I am as successfull as your biological younger brother. I am worthless and only bring shame to this family". Tapi kurungkan dalam hati saja. Aku begitu takut menemui orang-orang yang kukenal. Mungkin ini bbakal jadi post terakhirku jga dengan akun ini. Aku gamau terlalu banyak ngepost krn takut mngkn akan mengganggu komodos yang lain. Melihat postingan Quora mba Grita Amelia dulu disini jga serasa membuatku takut untuk open up cerita seperti ini. Aku sering banget membaca postingan H2H disini yang mungkin membuatku merasa I am not that alone, but stil…, Hanya 3 orang real life yang tau aku ceritakan seperti ini, dan yah aku berharap mereka ga ngebocorinnya ke siapa2. At least sebelum aku mngkn meninggalkan mereka. Sekali lagi, maaf komodos klo emg terkesan panjang banget , ngalor ngidul, dan hopeless gini. Thanks for reading. TL;DR : Aku ngerasa gagal menjadi seorang manusia, anak dan adik buat kakak-kakakku maupun kakak iparku karena aku masih belum bisa merasa "setara" dengan mereka dan ortu pun juga berharap begitu, namun aku ngga tahu cara untuk mewujudkannya. Merasa makin tertinggal dengan balapan umur yang ada with no particular skill I could offer. Severe overthinking and always seeing my future as a bleak cloud ahead of me, bagai kapal yang terombang ambing di tengah lautan gatau mau berlabuh kemana. Suicide keeps crossing in my mind as an option, cuz that's the only way to relieve my pain of being such a failure in the eyes of everyone that I know.. Maaf komodos ga ngasi TLDR, sorry for this shitty long post |
2023.11.12 04:12 SparklesMcSpeedstar Rekomendasi psikiater/psikolog yg bahasa Inggris?
2023.11.07 05:43 Daddynaughtyboy Neo Historia Vs Partai Sosmed.
Tldr. ParSoc bikin tweet ttg konspirasi sejarah, tp dibantah oleh Neo historia. Terus terjadi perdebatan ttg sejarah Perang Dunia I submitted by Daddynaughtyboy to indonesia [link] [comments] |
2023.11.06 20:57 TruthversusSlander Tu la utung kalu reti bahaso laing selaing daripado bahaso stendet. Google hok biso pung tok leh nok translate molek gapo hok kawe nok oyak ni.
2023.10.10 18:24 icantspellanynomous Bagi yang user instagram disini, kalian ngerasain gak kalo algorithm reels sekarang gk sesuai your preferences?
2023.05.24 03:26 Skyreader13 Mencari artikel yang menjelaskan pengalaman penderita ADHD saat dewasa, dalam bahasa Indonesia
2023.05.21 10:42 Secure-food4213 Saran buku untuk meningkatkan kosa kata bahasa indo dong
2023.01.26 02:54 gordorioaquinno Need a little help with my Indonesian article
2023.01.11 02:25 dessskris Rekomendasi utk turis di Jakarta?
2022.11.15 23:07 circs-99 rant about life rn
2022.10.03 05:15 Therius1994 Pasar perbankan swasta nasional di Indonesia 11 12 dengan pasar otomotif mobil di Inggris yakni sama-sama kebanyakan dikuasai asing
2022.08.16 02:04 Odd_Lychee_308 Carrier is over
2022.07.07 10:15 org_stink OMG, ternyata the best bank (I thought) in Indonesia can not release bank statement in English?!
2022.05.16 16:13 dark_phoenix86 TIFU by inadvertently letting out a high-pitched laugh when taking roll
2022.05.15 15:07 LateCat_2703 Belajar bhs Inggris dmn? (asking for a friend, I can speak English just fine)
2022.02.19 07:42 LifeguardOne9782 Hasil Antigen dlm bahasa inggris
2021.12.09 07:11 Ready-Law662 Apa pendapat kalian sama orang yang pake bhs indo sama Inggris tapi digabung?
2021.10.12 07:37 Craft099 Kepikiran jadi guru privat online cuman entah bagaimana caranya dapet murid.