Cerita ntot sama ibu

Barusan liat postingan di Nijisanji dan gw jadi terpaku sama dugaan penggelapan pajak oleh Nijisanji

2024.04.30 16:28 Mg42gun Barusan liat postingan di Nijisanji dan gw jadi terpaku sama dugaan penggelapan pajak oleh Nijisanji

Link post
Jadi Michi mochievee alias Mika melatika NIJISANJI EX ID cerita kalo dia kena masalah gara2 pajak pas di company dia yg dulu dan buat dia terpaksa ngeluarin duit pribadi buat bayar tunggakan pajak terus buat TLDR nya :
-Si Michi selalu paranoid tentang pajak.
-Aturan di Indonesia, sebagai pegawai/kontraktor lu bisa minta perusahaan buat ngedata dan membayar pajak lu.
-Mantan perusahaannya Michi menawarkan diri buat melakukan hal tersebut.
-Dia percayain mereka untuk nanganin pajaknya karena Michi memiliki bukti wajib pajak di atas kertas.
-Setiap bulan, company dia motong 10% dari gajinya dan nyebutnya sebagai “pajak”.
-Mantan perusahaannya gak pernah menggunakan uang yang mereka potong untuk membayar pajaknya
-tapi uangnya tersebut digunain untuk membayar pajak “mereka”.
-Si Michi jadi bingung dan nanya.
-Gak ada yang ngejawab.
-Si Michi kejebak di situasi yang gak masuk akal secara hukum
-Ilang lah uang yang harusnya gak ilang
-Itu Pph 10% masih jadi misteri ilang kemana.

Ini gw gak tau apa yang kaya gini emang Isolated case perusahaan LN di Indo atau gak, cuman kalo ceritanya kaya gini udah bener2 penggelapan pajak sama itu perusahaan. Menurut kalian sendiri ini kasus kaya gini udah jadi kasus yang marak di Indo atau enggak?
submitted by Mg42gun to indonesia [link] [comments]


2024.04.30 13:00 Forgetful_Learner [ASK and SHARE] Antara Kerja dan Studi Lanjut (Berbagi Pengalaman)

Halo semua,
Gua lulusan S2 salah satu kampus besar di Jabodetabek, S1 di kampus yang "tidak terlihat" di wilayah Jawa Tengah - Timur. Saat ini gua sedang kerja di salah satu lembaga swasta. Untuk S2 ilmu eksakta tanpa pengalaman kerja, gaji gua saat ini >Rp. 5.000.000 dan gaji Tugas-tugasnya bisa gua lakukan dengan baik, utamanya pekerjaan gua itu berhubungan dengan penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, dan didukung oleh grup komunitas. Tidak terlalu ngoyo dengan tech, tapi juga ada tech side yang lumayan buat loncat kembali ke S3.
Lingkungan kerja plus minus, teman-teman gue millenials dan gen z, ada boomer juga (yang tentu sumber kekesalan sekantor), dan ada jatah WFH nya, meskipun saat ini sedang jatah tersebut sedang dimain-mainkan oleh manajemen.
Ibarat kata, they are currently showing their might in front of employees.
Stres ada, tapi lebih ke lingkungan dan hubungan gue dengan komunitas. Lingkungan kerja juga cenderung lambat dan tidak terlalu mengejar target. Makanya nyaman. Gue masih dependen (rumah dan makan saja, dengan bayar bulanan ke ortu).
Gua saat ini sudah masuk bulan ke 7 - 12 bekerja, dan kontrak gue mau habis. Secara default gue akan perpanjang kontrak, kecuali manajemen memutuskan gak suka sama gue lagi. Gue ada pertimbangan mau studi lanjut ke LN, dimotivasi keinginan gue untuk jadi peneliti, pindah ke LN, dan ada dasar pengalaman kerja dengan topik kerja kantor yang kebetulan ada bersinggungan dengan akademisi.
Salah satu yang gue rindukan di dunia kuliah itu "tenggang rasa", "fleksibilitas", "jujur apa adanya", "berani di depan muka". Perilaku beracun (toxic) di kantor itu umumnya pasang muka poker, lalu bicarakan di meja rapat manajemen, dan kemudian jadikan hukuman berjamaah (collective punishment). Juga sifat manajemen yang selalu "melarang pegawai merasa nyaman".
Tapi gua juga sadar, di akademia juga sama sulitnya: jam istirahat tak menentu, tekanan stres bisa memuncak sewaktu-waktu, dan kalau terisolir, sama depresinya dengan saat bekerja. Tapi yang gua rindu dari akademia itu rasa nyaman dan tenteram yang entah kenapa selalu ada, bisa menikmati kebebasan akademik, tanpa terkunkung jadwal yang baku, dan bersih dari office politics (Faculty politics tetap ada, tapi tidak semengerikan dan sekonsisten politik kantor).
Entah kenapa, gue gak terlalu ambisius untuk cuan, meskipun kekhawatiran finansial itu tetap ada, dan gua sadar gua gak bisa dependen terus menerus. Gua juga ingin mandiri dan bisa memenuhi impian gue (minimal fisik atraktif dan punya stamina, ada uang untuk bisa ngapain aja). Di samping itu, gua mau masuk dunia tech tapi sadar dengan hustle culture dan rapid learning culture, gua bakal tertindas juga.
Apakah komodos ada mau berbagi cerita tentang percabangan jalan ini? Antara work dan academia? Gua dulu ambil S2 sempat karena takut kerja, dan skg gua kembali "anxious" dan ingin kembali ke kenyamanan akademia. Apa definisi nyaman teman-teman? Apakah bekerja dari kontrak ke kontrak termasuk nyaman dalam penilaian teman-teman? Apakah teman-teman merasa "terlambat" e.g. terlambat nikah dan punya anak akhirnya harus siap membiayai anak-anak menjelang bahkan saat sudah pensiun, atau terlambat memulai karir sehingga perusahaan impian tidak bisa digapai lagi karena batas umur?
*Pengalaman relatif, mungkin ada yang terbalik dan berbeda, harap maklum.
submitted by Forgetful_Learner to indonesia [link] [comments]


2024.04.26 19:28 kitten1932 Just did my third LPDP interview, gimana sih cara LPDP assign pewawancara ke peserta?

Hi all, ini post pertamaku di reddit since I never had any inclinations to write any. In this case however, aku bener-bener merasa frustasi dan sedih. Aku merasa butuh pov dari orang lain mengenai what has happened during my interview process di LPDP (ku sudah cerita ke orang-orang terdekat, so reddit is not my only place to vent). Didn't find any relevant subreddit, jadi maaf kalau misalnya kurang tepat ya postingannya :(
Hari ini adalah seleksi substansi LPDP ketiga yang sudah kujalanin. Tahun lalu aku daftar 2 kali, dua-duanya gagal di seleksi substansi juga. Pengalaman ku di previous rounds was okay, tiap gagal aku bisa derive sekiranya kenapa sih aku gagal dan try to improve so that I can hopefully succeed di next attempt. Ga pernah juga punya masalah dengan interviewernya. Tapi hari ini aku kedapetan interviewer yang sangat "wah".
Saat pertama kali perkenalan, karena namaku itu sama dengan salah satu penyanyi barat (lets's call her Cecille), interviewer ini (let's call him A) bercanda dan bertanya "wah, kok Cecille ga nyanyi?". Aku balas "Hahah, kalo saya Cecille yang penyanyi itu saya gabakal ada disini pak". His reply was "Iya bisa bedain kok, Cecille mah gemuk kamu engga kok".
Okay, mungkin si bapak A ini memang typical ignorant boomer yang suka becancain fisik wanita. It was a small (albeit tetep unsolicited) comment. I ignored it. Btw disini interviewernya ada 3 ya guys:
  1. Bapak A
  2. Ibu B
  3. Ibu C
Mulailah interviewnya. Awalnya masih aman, Ibu B yang sepertinya psikolog nanya-nanya soal psychological things. It was amicable and respectful. Ketika gantian ke Ibu C, mulai ditanyakan apasih yang mau kucapai di S2 ini, kenapa milih negara yang mau kutuju, dan lain sebagainya. Aku membahas banyak hal dan memang kedapetan pembahasan seperti kenapa aku ga milih S2 di Indo dan apa masalah yang mau ku solve di Indo ini. Disini aku banyak bandingin apa aja yang masih kurang di Indo dibandingin LN. Aku mengingat bahwa hal-hal yang ku bahas itu mostly dari apa yang sudah ku riset, dan dari Ibu C pun juga ga menyangkal data-data yang kubawa. Out of nowhere Ibu C bertanya:
"Oke, kalau gitu misalnya nanti kamu sudah disekolahkan ke LN menggunakan pajak negara yang kamu bodoh-bodohi ini, kamu baka abdcdef...?"
It wasn't the exact wording ya, tapi kira-kira mirip seperti itu. Aku pun kaget karena sepertinya aku memberikan impresi merendahkan Indo dari statement-statement sebelumnya. Aku tidak merasa sudah mengatakan hal yang out of line, tapi aku mikir kalau intensi kita itu mungkin belum tentu dianggap orang dengan tepat. Jadi sebelum menjawab pertanyaan sebenarnya, aku mencoba untuk minta maaf.
Aku: "Oh, bu sebelumnya minta maaf ya kalau saya ngasih impresi seperti membodoh-bodohi Indonesia, saya-" (ini langsung dipotong, dan memang dalam interview bersama Ibu C ini beliau cukup sering memotong pembicaraanku)
Ibu C: "Oh gapapa gapapa. Kan kamu punya asumsi, saya tidak menyalahkan asumsi kamu. Lanjut langsung jawab aja pertanyaannya."
I feel weird. Somewhere during the interview, perkataanku di misinterpret and I can't pinpoint perkataan mana yang menghasilkan impresi itu. Tapi yasudah, aku lanjutkan interviewnya. Akhirnya giliran si Pak A yang menginterview saya.
Guys, it wasn't an interview. The guy literally went batshit crazy. Dia nguliahin aku dan in any given time dia ingin bertanya, dia lakuin itu untuk mojokin aku.
Basically dia punya asumsi bahwa aku ini some arrogant S1 graduate yang gatau apa-apa dan aku nantangin senior-senior yang ada di bidang yang mau kutempuh di S2 (which is him, apparently). Some notable quotes:
"Kamu ini kan istilahnya baru punya gelar S1, tapi seakan-akan lebih tau dari senior-senior di bidangmu yang udah bertahun-tahun di bidangnya"
"Kamu pakai kata 'doang', itu offensive loh" => this is the only tangible indication of where I went wrong, whether whatever data I stated previously was incorrect or not I would never know.
"Kamu manggil saya dan ibu B dan C pakai kata 'kak' itu ga oke loh. Ya mungkin karena kamu kerja di tempat semacam (insert a startup name here)"
Iya, dia marah karena aku sering slip up manggil 'kak' dan dia cukup merendahkan hal itu karena dia melihat itu culture dari startup. But ffs, di startup we don't even use 'kak', we directly use names.
Selain itu dia berusaha menchallenge studi yang mau kulakukan, tapi dia bener-bener gamau dengerin apapun yang kujawab. Dia seperti sudah punya definisi sendiri dan gamau sama sekali untuk menerima apapun yang aku coba jelaskan, ketika aku berusaha untuk menjelaskan dengan elaborate (because it is a complex subject dan a straightforward answer is not gonna cut it), dia bakal motong pembicaraanku, mengulang pertanyaannya secara memaksa dan menyerang hal-hal kecil yang bisa dia serang (nitpicky). From this convo (if it can be called a convo at all), pak A ini ga melihat apa yang mau aku pelajari itu sesuatu yang real tapi dia juga ga mencoba untuk mendengar apa yang mau kusampaikan. Dia lagi-lagi kembali ke gagasan bahwa aku ini sok tau dan ga seharusnya aku merendahkan (dan memakai kata 'doang') in the first place. Semua point yang dia bawa ke argumen ini sebenernya bisa kusanggah dan ingin sekali rasanya aku menjelaskan pov ku, but he really didn't give a damn.
Bahkan I tried apologizing 2 times untuk own up to my possible mistakes. I don't want to offend anyone, dan aku ingin bisa kembali untuk membicarakan yang seharusnya dibicarakan di seleksi substansi pada umumnya. Tapi semuanya tidak didengar karena langsung dipotong.
Aku nahan nangis sepanjang sisa interview itu, karena aku ga dikasih kesempatan untuk present my case, kenapa aku mau kuliah S2 dan apa yang membuat aku bisa mencapai goal yang ingin kulakukan setelah lulus S2. He didn't even ask about the universities I want to go to (padahal aku udah dapet LoA di salah satu uni bagus di UK). Mind you, ini question ter-basic sepanjang sejarah seleksi substansi LPDP yang memang harusnya dibahas. Dan semua ini terjadi karena pak A benar-benar ga professional dalam mengatur emosinya sebagai pewawancara. Honestly kalau memang benar aku membuat kesalahan during the interview, I would own up to it. Tapi mau membuat kesalahan seperti apapun, ga seharusnya pak A malah merendahkan aku, memojokkan aku dan memotong pembicaraanku di setiap saat dia rasa aku ga menjawab sesuai ekspektasinya. Interview dengan pak A itu bahkan 80-90% dia yang berbicara, bukan aku sebagai peserta yang diberikan waktu untuk bercerita.
Pada akhirnya, interview selesai dan aku diberikan waktu untuk mengatakan closing statement. Disitu aku berterima kasih dan juga mengharapkan mereka untuk sukses, walaupun pak A hanya menjawab "Kok jadi kamu yang pengen kita sukses, harusnya kita yang doain kesuksesanmu. Kita mah disini diem-diem aja hahaha".
Segera setalah aku leave Zoom meetingnya, aku melepas tangis selama kurang lebih 2 jam :')
Aku ini orangnya sangat berhati-hati dalam bicara dan dari semua good feedback yang orang kantorku sering kasih, strong point ku selalu ada di bagian komunikasi (especially since I work as a software engineer). Aku juga sangat nyaman melakukan interview, I consider it as my forte during any selection process. Aku ga nyangka journeyku selama 1,5 tahun kebelakang dalam persiapan S2 ku akan berakhir karena aku give a wrong impression during the interview. So much time and money wasted.
It makes me wonder, sebenarnya gimana sih pihak LPDP memilih seorang interviewer? Identitas interviewer disamarkan sehingga aku juga gabisa nebak-nebak apa sih profesi si pak A ini. I guess they do it on purpose supaya gaada kasus sakit hati seperti diriku yang berujung fatal ya haha.
Anyway, aku sayangnya gabisa ngasih banyak detail mengenai banyak hal karena mau maintain anonymity jadi pasti gabisa determine apa yang went wrong gitu. Aku pun masih gatau aku terdengar seperti apa pas interview sehingga bisa memancing respon seprti itu dari pak A. All that I have done itu cuma ngisi survey setelah interviewnya, disitu aku complain mengenai treatmentku dalam interview kali ini. Tapi entahlah, kayaknya gaakan ada tanggapan apapun dari pihak LPDP.
Yang udah baca sampai sejauh ini, terima kasih yaa. Semoga kalian sehat-sehat terus dan terhindar dari orang-orang seperti pak A (dan mungkin dari orang arogan seperti diriku lol).
submitted by kitten1932 to indonesia [link] [comments]


2024.04.26 11:22 PoetryNormal2940 Kenalan dengan Orang Asing IRL Berlanjut Jadi SO

Disini ada yang punya kisah pribadi atau tahu cerita orang yang kenalan sama orang baru secara langsung /tatap muka (gak kenal sebelumnya dari lingkungan tinggal, kerja, sekolah/kuliah, atau online) terus bisa berlanjut jadi teman atau lebih? Maksudku benar2 orang random yang bisa kalian jumpai misal di kafe, rumah sakit, bioskop, tempat cuci mobil, dsb. Pengen tahu hal apa yang dibicarakan saat kenalan.
Note: orang asing pada judul bukan ekslusif mengarah ke bule ya, tapi lebih ke orang yang masih asing bagi kita
submitted by PoetryNormal2940 to Perempuan [link] [comments]


2024.04.24 11:28 RenattaSIMP KENA SCAM PENIPUAN SEGITIGA

KENA SCAM PENIPUAN SEGITIGA
Barusan kena scam penipuan segitiga.
https://preview.redd.it/9mcionofcewc1.jpg?width=1080&format=pjpg&auto=webp&s=786b5e42d3f27eaac18060c66d1ecca3db481201
Gua sebagai penjual Laptop. Gua posting laptop ke FB marketplace.
Dihubungi penipu yang katanya mau beli laptop buat karyawannya.
Si penipu mau datang ke rumah gua buat cek laptop, tapi tiba2 telfon kalo dia ada acara dadakan dan gabisa datang cek barang, instead dia nyuruh karyawannya buat datang cek laptop.
Nah ternyata dibalik layar se penipu ini posting Laptop yg gua jual dengan harga yg lebih murah. Dan ternyata si karywannya yg mau datang buat cek laptop ke rumah gua ini si pembeli yg liat postingan dari penipu.
Pas posisi si pembeli(yg disuruh ngaku jadi karyawan) lagi OTW ke rumah gua, tiba2 si penipu nelfon gua buat minta tolong suruh gua pura2 jadi saudara si penipu. Dengan alasan dia bilang ke si 'karyawan' dia kalo dia beliin laptop buat karyawannya dan bakal dipotong gaji setiap bulan, si penipu ini bilang ke pembeli kalo laptop nya punya saudara penipu.
Penipu juga wanti2 ke gua kalo si 'karywan' dia bakal dateng ke rumah gua buat cek laptop kalo dia suka si penipu bakal tf duit ke gua. dia berkali kali bilang jangan kasih laptop ke 'karywan' dia kalo si penipu belum tf duit ke gua.
Gua sebagai penjual merasa ga masalah buat ngaku sebagai saudara karna gua juga bisa tanya ke 'karyawan' dia beneran karyawan dari si penipu bukan.
Singkat cerita si pembeli/karyawan ini dateng ke rumah gua. pertama ketemu gua tanya 'karyawan mas Ahmad (Nama si penipu) ya?' dia bilang iya, nah disini gua mulai percaya. Si pembeli ini juga tanya ke gua 'saudara mas Ahmad ya?' gua jawab juga iya. karna gua kira bener dia karyawannya alhasil gua kasih laptop gua buat dicek sama pembeli. Setelah lumayan lama dia cek laptop tiba2 dia tunjukin ke gua bukti tf dia bayar laptop. Disini gua mulai curiga, kok dia bayar dimana setau gua di ini karyawan yg dibeliin laptop bosnya dengan potong gaji tiap bulan. Gua chat si penipu tapi centang 1 gua cek rekening gua juga gada duit masuk. Disitu lah gua sadar barusan kena tipu, gua confront si pembeli apa dia beneran karyawan dari si penipu ini. beberapa kali dia ttp jawab karyawan tapi akhirnya dia jawab kalo dia suruh ngaku jadi karyawan. Dia sadar juga kalo dah kena tipu tapi tetap ngotot kalo ini laptop dah milik dia karna dia dah bayar. Ribut lah disitu kita, setelah debat lama akhirnya laptop berhasil gua rebut. dan kita putusin buat laporan penipuan di polda.
Nah beberapa hari kemudian si korban pembeli chat gua minta gua tanggung jawab karna gua dah sekongkol sama penipu. Nah masalah nya dia juga sekongkol dengan dia mengaku sebagai karyawannya.
Dan gua gada sama sekali buat suruh di TF kemanapun dan sebelum ketemu di rumah gua gua gapernah sama sekali ada kontak sama korban pembeli ini. Semua kontak(WA) antara gua dan penipu dimana penipu bilang kalo gua si penipu yg bakal tf ke gua pas karyawan(korban pembeli) dah cocok sama laptopnya. Si korban pembeli juga sama semua kontak juga ke si penipu gada yg ke gua.
Jadi si penipu ini dah buat skenario buat gua sebagai penjual dan buat si pembeli.
Yg jadi pertanyaan gua apakah secara hukum si pembeli bisa menuntut gua untuk ganti rugi?
Gua dah emosi karna si pembeli ini nyalahin gua mulu padahal dia juga jelas2 'sekongkol' ngaku sebagai karyawan. Dan gua tambah emosi pas liat chat WA antara si korban pembeli ini sama penipu, udah keliatan bgt dari chat an si penipu kalo ini SCAM tapi si korban pembeli ini masih aja ttp lanjut (Ya mungkin tergoda harga murah yg ditawarkan penipu)
Mohon masukan nya, siapa tau ada komodos ahli hukum disini.
edited: kasih skema
submitted by RenattaSIMP to indonesia [link] [comments]


2024.04.24 04:58 dapperfapper69 Compatibility Check for Acer Aspire TC875 UR13 Gaming Build

Hello all! I am hoping someone can assist me with this project I am working on. I am not that computer savvy, but I am trying... I want to turn my Acer Aspire TC875 UR13 into at least a decent gaming PC. My hope is that one of you geniuses can help me figure out which of these options can work.
Let me start by saying thank you in advance for reading this whole post!!
My Acer is SUPER weird in that it does not have a regular 24 pin, but has a 6 pin connector instead. I want to post a couple pics, but the sub doesn't allow for that.
Here is what I've currently got in my possession from either my own purchase or friends (not much) : 2x8GB RAM Radeon RX 6600
The issue I'm running into is I need at least 500w from my power supply and the stock one is 300w. Please go through my proposed options and let me know which ones will work, and which ones wouldn't. Any and all help is GREATLY appreciated!!
PSU option 1:
Acer 500w Original
I know this option would work as it's the 500w of the one I currently have. However, I am hoping other options are possible as I feel like $122 for a 500w power supply is too expensive.
Option 2:
Acer FSP500-20TGBAB
This is an option I came across today. It looks like it's got an 8pin for the gpu? Maybe? A 6pin for the main power connection, and a 4 pin for the spot next to the CPU, whatever that's called? Please correct me if I'm wrong, but this option SHOULD work right? It feels a lot more reasonable price wise to me.
Option 3:
Ares 500w
Sama 550w
Thermaltake 500w
Now we get into the weird stuff. These are just regular 24 (20+4) pin power connector options that would need an adapter to work with my motherboard. I am more than welcome to other cheapemore quality options IF these would work. Here are a few adapters I'd consider, please help me figure out if these would work:
24 pin to 6 pin adapter option 1
This one is for Dell Optiplex wondering if it could be used for my Acer?
24 to 6 pin adapter option 2
This one says it is for HP, wondering if it could work or if that's a bad thing to try?
Please let me know which options would work, even if it's more than one of them! I would love to explore multiple options to find the best one. I am definitely open to alternative suggestions I haven't gone over yet.
Again, thank you for any and all help!!
submitted by dapperfapper69 to buildapc [link] [comments]


2024.04.23 08:26 Puzzleheaded-Tea1242 what do you call this kind of people

local Sabahan grew up in Sabah, i started a business 5 years ago and my first office was set up in Petaling Jaya. i got culture shocked and suprised how racist 'orang KL' can be. not all but most of them.
my office is filled with Sabahan, Malay, Indian and foreigner pun ada. so you can say i am a very open minded employer because i can easily work and adapt with every races buttt orang KL especially Malay. (i hope i don't offend anyone, but if you are please know that i respect you regardless as long as you are a nice person because apparently im talking about those racists, so if you're not then no offense should be taken 💕)
ok so i've been hiring staff from different background and so far i have no issue working with them. i respect them they respect me. but i have 2 Malay staff, 1 is former staff but I fire him due to his working perfomance (lateness, unresponsive, RUDE to his colleagues and to me as well can you believe it! well maybe because i'm not a local and i'm not Malay who knows).
this one still ok but the other Malay staff... idk how to feel about this.. when he first started working the performance is excellent, he's being very nice and even volunteered to help things that's not even in his jobscope. i was pretty happy with him and promote him a higher salary after 6 months. right after the promotion his performance decline.. he's being unresponsive, took countless of last minute 'emergency' leave. and at one point he's started to show true colors.. talking rudely and he can just ignore important messages from me and other staffs. after few warning letters still no change, so he's being downgrade to original salary and apparently he's not happy with that and performance declining and declining until i finally meet him and ask him to resign
so after resign ok lah nothing happen until he texted me ask me about Kwsp. i was like can i just ignore his message like how he ignored me when i needed something? loll but being a professional i still reply him.
so for context my business has been teribbly affected during MCO so Kwsp payment is lonngggg delayed due to few restructuring. but that's not an excuse i still make payment by stages. i even kena saman due to this so i've paid the Saman and the court given me time to pay by installment. i am being completely transparent about this and inform to every single employee so they will expect delay Kwsp payment and everyone is being so understanding except for this fella. i've admitted this is a shortcoming from my end and i even appologised. im a person with protocol in life. if you are wrong i question you, if im wrong i will not hesitate to say im sorry even if im the boss. you respect me i respect you. you cross my line, you deserve to be treated like a piece of dirt.
ok so back to the story, i appologised and? what do you want me to do? pay you first? that's not gonna be fair to other staff
so yesterday after a long explanation, he still cannot except and he say he will go to Kwsp himself to report me, i told him GO AHEAD cause i know they wont do anything to me as i paid saman. lol seriously man idk how to feel about this kind of people.. apa kamurang rasa? cerita2 kusung saja sebab tidatau mau cakap sama siapa
EDIT: ok i know this is quite confusing. my blood was boiling when i posted this. it's when i came back to see the comments and i read back what i wrote doesn't make any sense. my bad my bad
so what happened was my ex-staff sent me a last message 'cina makan babi'. hence the 'racism' comment continued with what actually happened and i got carried away while typing that it got off topic.
and about KWSP that's memang my fault i won't say anything to backup my ass. if im wrong means im wrong i won't be a coward try pusing cerita. in fact i already kena fine and i was given a timeline to pay off the debt. i inform each and every staff about this but you know i can't force everyone to understand my situation. i've done what should be done so if they want to report me i won't stop them
submitted by Puzzleheaded-Tea1242 to Sabah [link] [comments]


2024.04.21 22:34 mistadobaloner How to cope with aging parents?

Pertama-tama, i wanna say that i am grateful that i have a loving parents. Ya, orang tua gua gak sempurna sama seperti manusia pada umumnya, banyak kok salahnya, tapi gw termasuk orang yg mikir klo orang tua udah melakukan yg terbaik yg mereka bisa, anggap produk terbaik bagi generasi mereka. Gua bisa liat dari cerita² mereka dan sepengamatan gua sendiri sih dibanding adek kakaknya dan generasi sebelumnya/orang tua mereka, merekalah yg gw liat paling baik atau at least termasuk yg paling baik. Tahun ini mereka 50 tahun. Banyak mungkin yg nganggep 50 tahun ga begitu tua, dan iya sih dulu pun pas gw masuk kelas 1 SMP bahkan ada yg orang tuanya udh 50an. Tapi ngeliat fisik mereka, it hurts. Mereka juga kayak ga seriang dan energik kayak let's say 7 tahun lalu. Gua ngeliat foto-foto nyokap gua di FB dari 7-10+ tahun lalu kayak damn, keliatan banget banyak perubahan fisiknya khususnya di muka, dan banyak juga foto² mereka keliatan genuinely happy (well, same as me, i was much happier back then too).
Idk gua tau manusia itu makhluk fana yg ga akan selamanya ada di dunia ini, tapi inget tahun 2020-2021an pada saat kakek dan uwa (abangnya ayah) meninggal dan anaknya ini seumuran sama gua, gw sekarang jadi semakin inget bahwa orang tua kita bisa meninggal kapan aja, kita gak tau. It doesn't help that tahun 2022-2023 ada berita di grup kelas kayak 3-4 anak, orang tuanya meninggal, it hits me more.
2 tahun terakhir hingga sekarang, bokap gw udah ada masalah di prostatnya, rabu kemaren klo ga salah beliau berobat ke rumah sakit saat gw baru berangkat ke kos yg udah di provinsi lain. I know my father, he's a crazy hardworking man, sama kayak nyokap gua juga, keduanya gua perhatiin suka kurang tidur karena kerjaan mereka. Belum lagi dua sisi keluarga punya riwayat penyakit jantung. I just can't imagine living without them in this world.
submitted by mistadobaloner to indonesia [link] [comments]


2024.04.21 13:25 abdulsamri89 ‘Bayi Dewasa’ sudah ada rangkaian sosial

‘Bayi Dewasa’ sudah ada rangkaian sosial
WEARING DIAPERS EVEN THO GROWN ASS MAN!!!WHAT THE FUCK??? NEVER KNEW THIS KINDA PEOPLE EXIST ...😱😱😱😱
KUALA LUMPUR: Individu bergelar bayi dewasa atau sindrom bayi dewasa sememangnya ada.
Namun, pengamal gaya hidup ‘Adult Baby Diaper Lover’ atau (ABDL) itu sukar dihidu.
Mana tidaknya menjalani hidup sebagai orang dewasa seperti biasa tetapi keinginan, tabiat menjadi bayi serta kelengkapan semuanya ada di rumah.
Adam, bukan nama sebenar, merupakan individu yang mengakui mempunyai sindrom berkenaan.
Daripada keseorangan, dia kini miliki kenalan yang mempunyai minat sama.
Berkongsi dirinya menghidap ABDL Adam, 35 dari Petaling Jaya berkata keinginan menjadi bayi bermula sejak usianya 13 tahun, ketika melihat adiknya memakai lampin.
“Satu hari saya rasa nak cuba pakai lampin adik saya, masa tu kecil lagi..
“Saya ambil lampin adik saya senyap-senyap, saya cuba pakai dan muat..Masa tu timbul rasa yang sangat selesa,”katanya.
Tidak menghidap sebarang masalah kesihatan, Adam yang juga seorang jurutera berkata sejak itu juga perasaan ingin menjadi bayi mula bercambah.
“Bermula hari itu saya pakai, ibu bapa tak pernah tahu..saya ingat benda ni pelik.. Tapi bagi saya bila saya pakai lampin saya rasa sangat selesa tenang dan apa yang ada dalam naluri saya cuma nak pakai lampin,”katanya.
Menurutnya lagi, dia tidak menyangka keinginan pelik itu bukan berlaku pada dirinya sahaja.
Malahan segala kelengkapan bayi dewasa turut dijual di platform komuniti itu.
“Dengan kemajuan terkini, saya terjumpa kumpulan yang ada naluri sama macam saya.
“Segelintir mereka hanya suka pakai lampin manakala ada sesetengah lagi berkeinginan menjadi bayi dan ada yang sukakan kedua-duanya.
Walaupun sudah enam tahun mendirikan rumah tangga dan dikurniakan seorang cahaya mata sehingga kini sisi lain-nya itu tidak diketahui isterinya.
“Saya takkan pakai lampin depan isteri atau keluarga, tapi kalau saya kerja, di luar kawasan hampir sepanjang masa saya akan pakai lampin.
“Contohnya, tiap kali saya pergi gym, mendaki, di mana-mana sahaja kalau ada peluang saya akan pakai,”katanya yang merupakan salah seorang daripada 148 ahli komuniti ABDL yang dikesan di media sosial
Tidak menganggap ianya pelik, dirinya juga tidak terdetik untuk bertemu doktor atau menjalani rawatan psikologi.
Pakar Psikologi Klinikal Kanak-kanak, Dr Noor Aishah Rosli berkata, ABDL adalah lebih kepada gaya hidup individu tertentu disebabkan kurang kasih sayang, ketidakseimbangan emosi dan tidak tahu cara menyalurkan emosi dengan betul.
“ABDL ni lebih kepada gaya hidup masyarakat tertentu melayani perasaan mereka. Saya ingin tegaskan bahawa ABDL buka satu masalah perubatan dan juga bukan masalah psikologi secara khusus tetapi gaya hidup sesuatu masyarakat itu.
“Namun Begitu gaya hidup ini pun termasuk elemen psikologi yang melibatkan emosi, tingkah laku orang dewasa yang tidak wajar,”katanya.
Ujarnya pengamal ABDL yang berkelakuan seperti bayi, merengek, minum susu, dan memakai lampin adalah budaya negara luar yang sukakan perhatian dengan kebanyakkannya berlaku dalam kalangan lelaki dewasa.
submitted by abdulsamri89 to malaysia [link] [comments]


2024.04.19 13:09 Gunwing Pingin ketemu kakak beda ibu, but should I bother?

Saya punya kakak beda ibu, dari dulu penasaran tapi saat saya tanya ke keluarga mereka punya kesan buruk terhadap dia, teman bapak waktu cerita juga kurang suka, pas lebaran tak pernah muncul, baru2 ini jg kabarnya lebaran ketemu bapak langsung bahas warisan dengan beliau, yg sempat membuat beliau marah besar, entahlah ini semua kedengaran buruk tapi saya sendiri penasaran. Saya 20 tahun seumur hidup blum pernah ketemu
submitted by Gunwing to indonesia [link] [comments]


2024.04.19 09:36 Anxious_Scratch_913 novel perahu kertas

Novel Perahu Kertas bertemakan persahabatan, percintaan, dan idealisme seseorang. Kisah ini berawal dengan seorang remaja laki-laki yang baru saja lulus dari Sekolah Menengah Akhir (SMA) bernama Keenan. Ia adalah laki-laki yang cerdas, mempunyai minat dan bakat dalam bidang seni melukis sangat kuat.
Keenan hanya bercita-cita menjadi seorang penulis, tidak ada cita-cita lain baginya. Akan tetapi, kesepakatan antara Keenan dengan sang ayah yang mengharuskan dirinya pergi meninggal Amsterdam untuk kuliah di Indonesia, tepatnya di Fakultas Ekonomi, Bandung.
Tokoh utama lain dalam novel ini ialah Kugy. Kugy merupakan perempuan unik, mempunyai daya imaji yang sangat tinggi, kemudian bisa dibilang ia berpenampilan eksentrik cenderung berantakan. Kugy hendak berkuliah di kampus yang sama dengan Keenan, di Bandung.
Sedari kecil, Kugy memang sudah mencintai dunia perdongengan. Maka dari itu, jangan heran bila dirinya mempunyai imajinasi tinggi. Ia memiliki koleksi dan taman bacaan, serta hobi menulis cerita dongeng. Tidak lain, ia hanya bercita-cita untuk menjadi juru dongeng.
Akan tetapi, dirinya menyadari bahwa penulis atau juru dongeng bukanlah suatu profesi atau pekerjaan yang ‘menghasilkan’ dan diterima oleh lingkungan kehidupannya. Kugy memiliki cara agar dirinya tidak jauh-jauh dari dunia kepenulisan, yakni dengan melanjutkan studinya di Fakultas Sastra.
submitted by Anxious_Scratch_913 to u/Anxious_Scratch_913 [link] [comments]


2024.04.14 03:43 kazaltakom Sudah saatnya rupiah memiliki pecahan Rp200.000 dan/atau Rp500.000?

Setelah melansir berita bahwa negara Suriname mengeluarkan pecahan baru 200 dan 500 karena nilai mata uangnya yang merosot beberapa tahun ke belakang dan transaksi menggunakan uang tunai menjadi lebih susah, saya langsung teringat beberapa cerita yang berkenaan dengan menangani uang dalam jumlah yang banyak:
  1. Baru saja kemarin saya menarik duit banyak untuk keperluan belanja-belanja menjelang lebaran, dan ketika uang itu keluar dari ATM, saya memegang "segepok" uang dan langsung berpikiran "andai saja ada pecahan Rp200.000 atau bahkan Rp500.000, tidak bakalan sebanyak ini"
  2. Saya mengantre di belakang seorang ibu-ibu di restoran dan ketika hendak membayar nominalnya, ibu tersebut mengeluarkan 14 atau 15 lembaran uang berwarna biru dan mulai menghitungnya, namun di tengah perhitungannya, ibu tersebut salah hitung dan harus memulainya dari awal lagi. Setelah diberikan ke kasir, kasirnya pun harus menghitungnya lagi secara manual dan menambah waktu transaksi.
Memang kedua cerita di atas terkesan sepele, dan sejujurnya dengan pecahan-pecahan yang sudah ada sudah dapat menopang kebutuhan transaksi masyarakat Indonesia, namun ketika saya teliti dengan mata uang negara lain dengan pendpatan yang serupa ternyata pecahan terbesar rupiah sangat kecil sebagai pecahan terbesar.

Negara PDB per Kapita nominal (2023) Pecahan Terbesar (Kurs 14-04-2024)
Indonesia $ 5.109 $6,20
Jordan $ 4.851 $70,54
Namibia $ 4.786 $10,66
Samoa $ 4.638 $36,56
Tanjung Verde $ 4.503 $48,39
Vietnam $ 4.316 $19,97
Maroko $ 3.980 $19,96
Filipina $ 3.859 $17,86
Bolivia $ 3.858 $28,93
Dan dengan negara tetangga ASEAN (kecuali singapura dan brunei):

Negara PDB per Kapita nominal (2023) Pecahan Terbesar (Kurs 14-04-2024)
Malaysia $ 13.034 $20,96 (100 MYR)
Thailand $ 7.298 $27,28 (1000 THB)
Indonesia $ 5.108 $6,20 (100.000 IDR)
Vietnam $ 4.316 $19,97 (500.000 VND)
Filipina $ 3.859 $17,86 (1000 PHP)
Papua Nugini $ 3.518 $26,14 (100 PGK)
Laos $ 1.879 $4,72 (100.000 LAK)
Kamboja $ 1.826 $12,40 (50.000 KHR)
Myanmar $ 1.381 $9,55 (20.000 MMK)
Bahkan di ASEAN sendiri, nilai Rp100.000 lebih kecil dibandingkan setiap pecahan mata uang kecuali Laos, dan itupun laos mempunayi PDB per kapita kira-kira 3x lebih kecil dibandingkan Indonesia. Jika melihat tren, maka seharusnya Indonesia memiliki pecahan dengan nilai di antara $20-25. Vietnam saja mempunyai pecahan 500.000 VND. Apabila pecahan Rp200.000 dan Rp500.000 dikeluarkan akan bernilai $12,42 dan $31,02.
Memang seiring dengan berkembangnya zaman, penggunaan transaksi nontunai akan semakin meningkat, tetapi patut diingat kira-kira 84% orang Indonesia masih menggunakan uang tunai menurut survei visa, dan uang tunai tidak akan dapat digantikan sepenuhnya dengan uang digital.
Jadi, bagaimana menurut komodos sekalian?
submitted by kazaltakom to indonesia [link] [comments]


2024.04.13 16:58 Mg42gun Menurut Komodo-komodo disini, Franchise makanan/ makanan asal Indonesia apa yang kira2 bisa sukses di luar negeri?

Waktu itu pas bulan puasa gw nemenin ibu ketemuan sama business partner dari Korea (sebut aja namanya Mr. Kevin) dan pas selesai meeting si Mr. Kevin bilang mau minta dianter ke Richeese factory buat makan dan berhubung bentar lg mau buka gw sama ibu gw nganter Mr. Kevin ke Richeese buat makan dan disana gila ini si Mr. Kevin lahap banget makan ayam fire chicken sampe 5 Potong (levelnya seinget gw campur lv1 dan 2) dan dia bilang semenjak dia nyobain ayam Richeese di Bali dia jadi ketagihan dan di bilang juga kalo ini restoran buka di Korsel pasti bakal bakal laku banget disana dan dia juga mengakui kalo ayam goreng dari Richeese, McD dan KFC indonesia lebih enak rasanya daripada yang ada di Korea, jepang dan merk2 fried chicken lokal yang biasa dia makan di Korea.
submitted by Mg42gun to indonesia [link] [comments]


2024.04.13 12:31 superjitu Slot88

Slot88
Slot88 Di era digital seperti sekarang ini, game online telah menjadi salah satu hiburan utama bagi jutaan orang di seluruh dunia. Dengan teknologi yang terus berkembang, pemain dapat merasakan pengalaman yang mendalam dan terhubung dengan pemain lain dari berbagai belahan dunia. Fenomena ini tidak hanya mengubah cara kita bermain game, tetapi juga mempengaruhi budaya populer secara keseluruhan.
Salah satu aspek yang menarik dari game online adalah keragaman jenisnya. Mulai dari permainan role-playing yang mendalam seperti "World of Warcraft" hingga pertempuran royale yang intens seperti "Fortnite", pilihan yang tersedia bagi para pemain sangatlah beragam. Setiap game memiliki mekanik dan cerita yang unik, menarik pemain untuk terus menjelajahi dunia virtual yang luas.
Tidak hanya sebagai hiburan semata, game online juga telah menjadi platform untuk pertemuan sosial dan komunikasi. Melalui fitur obrolan dalam permainan atau forum komunitas, pemain dapat berinteraksi satu sama lain, berbagi tips, atau bahkan membentuk persahabatan yang kuat. Hal ini menciptakan ikatan antar pemain yang melintasi batas-batas geografis dan budaya.
Namun, seperti halnya hiburan lainnya, game online juga memiliki dampak negatif yang perlu diperhatikan. Beberapa orang mungkin mengalami ketergantungan pada game, menghabiskan waktu yang berlebihan di depan layar dan mengorbankan aktivitas lain dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ada juga risiko penipuan dan perilaku tidak etis di dalam komunitas game online yang perlu diwaspadai.

https://preview.redd.it/0g0q3hz058uc1.jpg?width=402&format=pjpg&auto=webp&s=275caa8db605160ea4f4f3e9cc65da845c2c2849

Dengan demikian, penting bagi para pemain untuk mengelola waktu mereka dengan bijaksana dan menjaga keseimbangan antara dunia nyata dan dunia virtual. Meskipun game online menawarkan pengalaman yang mendalam dan mengasyikkan, tetap penting untuk tetap terhubung dengan kehidupan di luar layar.
Dalam kesimpulan, game online telah menjadi bagian penting dari budaya digital saat ini. Dengan keragaman jenisnya dan kemampuan untuk terhubung dengan pemain lain di seluruh dunia, game online menawarkan pengalaman yang tak terlupakan bagi jutaan orang. Namun, penting juga untuk diingat bahwa keseimbangan dan pengelolaan waktu yang baik tetaplah kunci untuk menikmati hiburan ini tanpa mengorbankan aspek lain dari kehidupan.
submitted by superjitu to 88slot [link] [comments]


2024.04.12 14:08 Far-Caterpillar9294 Problem with Ex

Jadi gw baru jadian sama cewe, umur nya dibawah gw. Pas kita pedekate dia cerita kalo dia sering digangguin mantannya, dan setelah kita jadian gw baru tau kalo cewe gw ini trauma berat sama mantannya bahkan kalo ketemu dijalan aja dia bisa takut bgt Dan baru tau lagi kalo selama ini dia sering di dm si bang*at buat ketemuan dan pake kata kata kasar parah
Setiap kali gw mau bantu atw coba hadepin si bangat pasti cewe gw nolak dan bilang kalo ini mslh yg dia bawa sendiri Kalo gw laporin ke polsek atas pelanggaran UU ITE bisa gak ya stlh ada revisi kemarin?? Atw gw lsg labrak aja ya si anjng itu??
submitted by Far-Caterpillar9294 to indonesia [link] [comments]


2024.04.11 08:44 arbeyz Minta saran & masukannya dong gan

Cerita nya gini aku pribadi lagi mau Deket sama seseorang yang dulunya temen satu kampus kita udah saling kenal satu sama lain sampe sering juga diajak main kerumah dia ataupun main bareng keluar bareng nah permasalahannya selama ±3thn ini hubungan kita tuh gak jelas ntah Itu kita cuma temenan atau ngga nih,
Saran dong kalo aku mau tembak dia tapi nggak bikin canggung kalo semisal ditolak harus gimana ya agan agan semua ?
Terimakasih sebelumnya
submitted by arbeyz to ondonesia [link] [comments]


2024.04.10 20:48 admkukuh A little rant for weak ass like me

Halo komodos, gw dari dulu pernah kepikiran kek buat cerita dikit gt disini, gw 20 (M), tapi takut kalo cerita gada hasil apa apa. Gw sangat memandang diri gw rendah dibanding semua org bahkan adek sendiri. Gw ada masalah personal dengan diri gw dan gw ngerasa gw hipokrit karena gw bisa treat others fine or even better but not myself. I see myself as a tool, just give me a bit of maintenance (a bit of attention or being included), and i'll do everything to you.
A little background, gw dibesarin dengan didik kasar sama bokap and it works, tapi entah kenapa belakangan ini gw merasa kalau yg diucapkan oleh ortu gw itu kadang ada yg personal ada yg emotional dump, dan kadang gw merasa sakit hati kalo di ucapin yang memang tidak seharusnya diucapin gt. Bokap gw sih yang biasanya gitu, cuma gw gapapa lah ga mempermasalahkannya, mungkin beliau lagi capek or somewhat lagi ada masalah. Gw ama bokap ga terlalu deket as a result (gw takut sampe skrg ama beliau, tapi masih bisa kalo sekedar komunikasi but not heart to heart, just man to man). Gw dipaksa terus buat ngomong ama bokap kek ngomong apa aja, yang dimana gw gabisa karena gw emg ada luka batin dari kecil buat selalu nerima rant nya dia unconditionally or even get a bit of physical abuse, which im fine cause what could i do. Selalu aja bokap itu ngomongin tentang hubungan emosional but at the same time beliau ngomong kalo anak itu yang ngerti orang tua, bukan sebaliknya. Bokap gw emang egonya besar kalo udah ranah personal, jadi anggep aja ngerawat gw itu out of responsibility, but there is almost no love carried, which is different compared to my sister. Gw gapernah dengki sama siapa siapa di rumah walau udah di perlakukan se kocak itu, soalnya gw emang dikasi tau sama nyokap kandung gw sebelum meninggal buat tetep jadi orang baik, jangan besar egonya, sama tetep inget sama semua kebaikan orang. Gw sendiri emg tipikalnya yang pasrah dan ngalah terus karena yaaa dari kecil emg disuruh ngalah terus mau aku bener ato salah wkwkw. Itulah kenapa gw merasa kalo gw ini gada valuenya samsek, dipandang rendah, dan gapernah dianggap "ingin jadi dewasa", karena bokap gw selalu ngomongin itu ke gw apalagi kalo beliau ada rasa jengkel gatau kenapa tb tb gw targetnya, ya intinya gw jadi target kalo mau di kasarin apa aja bentuknya, dan ntar abis biasa lagi gada maafan gt kek yodah langsung aja ngomong ke gw kek gada perasaan bersalah wkwkw.
Jadi, ceritanya adalah dari akhir januari (2 hari terakhir januari) rumah tangga bokap gw mulai kacau, bener bener yg pertama kali bikin gw ketakutan buat kerumah, singkat cerita nyokap tiri mulai kek orang kesetanan, dan gw yang jadi target marahannya selain ke bokap gw, entah deh gw ada salah apa sama beliau tapi gw gapernah yang namanya ngerugiin orang dari segi apapun, yah mungkin nyokap tiri lagi cape ato gimana tapi ini berlangsuung sampe skrg boi wkwkw, gw disini juga posisi sahabat gw keknya nge cut off gw gatau kenapa (dari 20 jan), dan gw bener bener merasa messed up yang baru yang sama sekali belom pernah gw rasain, kek beneran jatuh yang sukar banget bangkitnya, dan gw sempet ngerasa kalo ini bom waktu sampe gw kelar kuliah terus dpet kerjaan baru di kick gw dari rumah wkwk. Inti dari permasalahan di keluarga gw itu sebenernya gw gatau karena nyokap tiri gw emang gajelas marah" nya, tapi dari apa yg gw dapat karena itu semua rant isinya repetitif semua, itu karena adanya ketidakadilan dalam keluarga gw.... which is actually nonexistent because my father did alot for our family??? Nah terus ini ada yg lucu lagi, kan nyokap tiri gw marah marah lagi gatau lah kenapa, tiba tiba nyuruh bokap gw (bokap gw 20 taun lebih tua btw, so age gap nya gede wkwk) buat kumpulin sekeluarga di meja makan, gw lgsg telp adek kandung gw yg lagi nugas di luar kali ini darurat besar, nah akhirnya sampe rumah, taunya pas sampe rumah dikasi tau kalo gw ama adek gw tuh anak adopsi, tapi pas ngucapinnya ke gw, gw itu anak pungut diambil dari jembatan, terus ngaata ngatain lah nyokap asli gw mandul ato gmn, dan gw kaget lah kek kok bisa ngomong kek gt wkwk, ya gw sih emang dari 6 taun pernah mikir gw ini anak pungut ato bukan ya soalnya gw kek di treat beda sama adek gw cuma yodahlah bomat (iya gw belajar buat bomat dari kecil krn gapernah dibanggakan samsek wkwkw). Nah disitu gw kabur dari rumah sehari aja ketemuan ama temen gw yg kebetulan emang lucu keluarganya, ya saran yg gw dapet abis 4 jam curhat nonstop cuma suruh bodoamat, itu dosa mereka bukan dosa gw, gw gatau ya ges soalnya gw emang baru baru ini kembali beribadah, ya alasan awalnya karena permasalahan di keluarga + di cut off ama sahabat gw. Intinya atmosfir di rumah suram, gw di kos temen gw yg ala kadarnya bisa tidur pulas dibanding di rumah bokap yang beda jauh kondisinya sama kos kos an, yaa di rumah gw bisa tidur tp ga istirahat gt deh wkwkw.
Kalau tentang sahabat gw (21 F), gw udah sahabatan ama dia selama 5 tahun lamanya dari sma, yah baru tahun kemarin si kami jadi deket lagi karena gw curhat tentang kuliah gw yg kacau balau nilainya krn keberatan kuliah waktu itu, dan sempet suicidal, tapi abis semua percakapan panjang itu dia setuju untuk bantu gw dan yap nilai gw selama kuliah bener bener melejit, gw bener bener bisa ber ekspresi se bebas itu, bener bener ga takut sama yang namanya orang asing, dan yaaaa bisa jadi makhluk sosial yg fungsional wkwk. Kita deket, gw confess ke dia, tapi gw ga nembak dia, karena gw dari awal gada intensi buat dapetin dia, ya confess kan ga selalu tentang suka ato cinta gt kan ya wkwk, gw confess aja ke dia sebetapa nyaman dan bahagianya gw berada disampingnya etc., yang dimana awalnya dia yg confess kalo dia menggantungkan kebahagian dia di gw, and the story goes on untill december last year dimana dia mulai capek ama kerjaan dia di organisasi and yeah she decided to be bitter towards everyone, dan dia ilfeel sama gw as a result, tapi gw ga masalahin sih, pas ketemu dia abis event apa gt, gw tanyain kenapa, ada apa, dll in simple terms, dia takut ama gw, tapi gtw kenapa, tepat di ujuung desember dia cerita kalo dia bersalah banyak ama gw karena ya katanya gw menganggap ini kek hal yang wajar, memberi dia waktu dan ruang yang cukup besar menurut dia, dan rela jadi punching bag dia dengan cara di diemin selama hampir 2 bulan wkwkw. Gw ga ngerasa kek itu beban sih awalnya, soalnya ya bro kita udah besar santai aja kali. Memasuki januari kita nongki kan, disitu gw nangis di dia karena gw capek ama kondisi rumah gw waktu itu. Yah diperjalanan pulang dia ngomong kalo gw orangnya tulus, gw yang gapernah nganggep gw sendiri orang baik, tulus, ato apalah itu, kaget lah, intinya ya gw makasih banyak sama sahabat gw satu ini karena bener bener bisa bantu gw nge revive diri gw yang sengaja gw tinggal. Namun semenjak dirinya magang, di minggu terakhir dia magang gw curhat lah ke doi soal masalah dirumah, ga semuanya sih tapi intinya gt, dan dia minta maaf karena gada buat gw kan, gw gapapa karena emang fokusin magang aja biar hasilnya bagus, dan beberapa hari setelahnya gw curhat lagi, but idk i think this time she's mad or something like that to me, she never replied to my text ever from last month. And no, i dont bother her like in the way i need her to help me, i just told her that my day went this and that and yeah, something you could either reply or not and no effect would grow on it. Gw merasa kek gw salah apa yak yang bikin dia pengen cut off gw, soalnya terkahir kali dia silent treatment ke gw, gw merasa salah, taunya dia yg maaf karena bukan gw yg salah gt, yah you guys got the glimpse lah. Gw merasa kek ini downfall of our friendship, and i feel like i ruined everything again for the idk howmany times. To be honest gw ngerasa kalo gw tersakiti sama ekspektasi gw, bukan karena dianya. Yaaa sejak kemaren februari pertengahan dia gapernah ngabarin, sok cerita, ato apalah, well idk if it's because of me or something, but i do hope that she would return one day, with a whole new story.
Nah, gw sekarang itu merasa capek ama semua, pengen curhat dan didengerin, yang dimana biasanya sahabat gw ada buat gw curhat dan sebaliknya. Gw bener bener ngerasa sendiri, walau gw udah doa tiap abis sholat, well intinya gw kesepian dan gw rasanya itu pengeeen banget cerita dan disambung dengan ceritanya lawan bicara, yaa saling cerewet dengan interest masing masing gt lah like how i used to do with my buddy, but now am all alone like idk man, it just feels alone.
Gw gapernah punya kesempatan untuk ngeluh sebesarnya dan diterima, marah sebesarnya dan diterima, serta berbeda pendapat dan diterima. Gw selama idup selalu dibebani sama perasaan bersalah, kurang dan tidak pede, cuma pas gw bersama sahabat gw dimanapun, gw ngerasa gw bisa jadi diri gw sepenuh potensial gw (contoh kecil nilai 2 semester kemarin meningkat pesat sampe gw heran). Gapernah gw mandang gw itu apalah walau beberapa temen gw muji gw karena hard skill ama soft skill gw, yang dimana gw gapernah mandang itu kek sesuatu yang pantas untuk di puji wkwk.
Gitu doang sih ges a little rant of me and my life, if you guys have any suggestion for me or any advice, im all ears. Maaf ya kalo cerita gw ga jelas ato gimana, you could ask for details :D
submitted by admkukuh to indonesia [link] [comments]


2024.04.09 18:26 gajibuta Flexing materi ke gebetan

Beberapa tahun lalu, gw pdkt sama cewe janda anak satu, ngedate beberapa kali, endingnya gw ditolak. Waktu itu gw sama sekali ga ngomong soal finansial. Dia tau gw "mampu", tapi dia ga tau gw "semampu" apa. Faktanya, kalo gw jadi pacar dia, gw bisa bantu dia secara finansial (gaji dia UMR kabupaten). Sejak ditolak itu, gw jadi penasaran, kalo seandainya gw ngomong soal finansial, apa endingnya bisa beda.
Skip beberapa tahun, gw pdkt ke cewe lain janda anak satu juga, udah ngedate beberapa kali dan gw mau nembak. Kita ga pernah ngomong soal duit waktu ngedate, hanya dia pernah cerita pingin masukin anaknya ke SD swasta yang bagus, tapi berat di biaya. Maksudnya income dia sekarang ga sampai ke situ.
Kalo misal jadian, gw emang rencana bantu dia secara finansial. Tidak harus ngasih duit tunai, bisa dengan bantu modalin buka usaha sampingan. Ada cowo yang ga mau melakukan ini sampai menikah, karena takut rugi (kalo tidak sampai menikah). Buat gw sih ga masalah, karena kalo nunggu nikah kelamaan, dan jumlahnya tidak besar untuk gw.
Mengingat rencana gw di atas, apa sebaiknya gw bilang ke dia sewaktu pdkt? Kalo ditolak lagi, mungkin lain kali gw skip janda anak satu.
Hint: gw ga ganteng
submitted by gajibuta to finansial [link] [comments]


2024.04.08 17:40 Xanimal123 The TNI should, in fact, be called out for committing war crimes.

Kemanusiaan yang adil dan beradab
- Sila kedua Pancasila
The world’s eyes are currently on Gaza right now, and for VERY good reasons. After Hamas’s October 7th attack, Israel has razed the entirety of Gaza to the ground with missile strikes, in addition to the deliberate starvation of the population in Gaza of any kind of aid like food, water, fuel, and medicine as collective punishment. Many, and I mean many, war crimes have been documented being committed by the IDF including massacres of innocent civilians, rape, and torture. Israeli officials, soldiers, and segments of the public have been astonishingly clear that they want to ethnically cleanse Gaza of all Palestinians. It’s fully obvious right now that what’s happening in Gaza is a genocidal campaign being committed by the Israeli government with the full backing and funding of the US as well as parts of the Western World.
Some of you may see where I’m going with this, but I think it’s important for me to lay out an example that I’m sure most of you can see is pretty morally unjustifiable and use it to make analogies with what I’m gonna talk about, implicitly or otherwise.
As I’m sure most of you are aware by now, there’s been some recent discourse around the circulation of two video recordings that recently went viral on Indonesian social media where it showed a group of TNI soldiers torturing a Papuan man known as Definaus Kogoya inside a barrel filled with water that was contaminated with his blood. One of the videos shows the soldiers punching, kicking, and beating him in the head, while the other shows someone cutting him with a knife. The soldiers themselves recorded this.
The backlash against the TNI because of the video was so bad that the military had to apologize, investigating 42 soldiers and arresting 13 among them that were suspected of being involved in the torture. The TNI accused the man in the video of being a KKB member who was planning to commit arson, but there’s no evidence of this provided, with members of the man’s family claiming he was just fixing his roof along with another friend of his, Alianus Mirok, when TNI soldiers captured them.
After they were handed over to the police, they were released soon afterwards due to there being a lack of evidence against them. After Defianus was already tortured.
There are also some articles that state that Defianus died from his injuries, which if true would make this whole situation extra fucked.
However, this is far from the only incident of torture that has been committed by the TNI. In February of 2020, a civilian named Jusni was tortured to death by a group of 11 soldiers, with most of the perpetrators only getting 9 to 11 months in prison, and only 2 received a sentence of more than a year as well as getting fired.
Even more recently as I was making this, there was a recent article reporting on how TNI soldiers tortured a journalist in Northern Maluku for reporting on the TNI seizing a ship with minyak tanah and threatened to kill him unless he signed a deal where he promised to stop reporting on their activities and quit being a journalist.
The TNI always had a pattern of behaviour when it comes to this, with there having been 431 cases of torture in Papua by apparatuses happening all the way back from 1963 up until 2010, with only 2 having been committed against pro-independence militants, the rest of them being civilians. Of these cases, 65% of them were committed by the military, 34% by the police, and 1% by separatist militants.
Why was there such a high amount of torture by the military against civilians? Aside from the soldiers having a power complex over other people and for the most part feeling immunity from any kind of punishment, there’s another important reason, racism.
Sangat sulit (mengidentifikasi) karena mukanya hampir sama. Mereka brewok
- Mayjen Izak Pangemanan, Commander of the Cenderawasih Military Area Command, when asked by the press why the military had a hard time distinguishing between civilians and militants.
So, to be clear, because TNI soldiers were incapable of telling the difference between a regular civilian and a separatist militant, they captured civilians who weren’t even involved with the militants in the first place and since they were free to do whatever they want, tortured them. Apparently, this problem is so bad that Papuan men have a term for it, musa (muka sama) because they’re afraid that they’ll be mistakenly captured as being a part of the TPNBP and tortured by TNI soldiers.
Now, with the recent discourse surrounding the use of torture by the TNI in Papua, there’s been some comments by people I’m gonna refer to as “ultranationalists” that try to justify or defend what the TNI soldiers had done in Papua. Some of them are current soldiers that say that because TNI soldiers and POLRI men have been killed by TPNPB members, that they shouldn’t be held accountable for their actions. Then there are your netizens that will basically defend everything the military does and say that the people criticizing them are unpatriotic western bootlickers who should go to Papua themselves if they care so much about HAM.
To put this one straight, I strongly disagree with these deflections, I think they’re war crime apologias and I’m gonna spend the rest of my post arguing against them.
And just to be extra clear, when I say “war crimes,” to my understanding it means violations of international law (including torture) that are committed during an armed conflict, at least from what I read from the UN.
There are 2 main arguments I want to make for this case, the first are the political arguments and the second are the moral arguments.
Political Arguments
If we’re looking exclusively from a realpolitik perspective where the main goal is the integrity of the current borders of NKRI, then what happened in Papua, and most likely continuing to happen, is a fucking optical disaster, and undermines that goal entirely.
In Papua itself, stuff like this would radicalize the fuck out of your average Papuan person, imagine if you found out that a family member of yours was tortured by TNI soldiers and the perpetrators went scot-free, of course you would be fucking livid. It further erodes trust in the institutions of the state and galvanizes the pro-independence movement, as chances are they’ll either join one of the civilian pro-independence organizations, or if they’re in the more rural and mountainous areas take up arms with the TPNPB. TPNPB members don’t just come out of nowhere.
We’ve seen this phenomenon played out countless times already, torturing or oppressing a group of people with the aim to instil fear in a population and subdue them usually leads to the opposite effect. As an example, not long after Oct 7, support for Hamas, which advocates for armed resistance, has increased among Palestinians in both Gaza and the West Bank due to Israel’s incessant bombing of Gaza as well as increasing violence with Ultra-Orthodox settlers in the West Bank, while support for the Palestinian Authority has plummeted to the ground.
Internationally, it hurts Indonesia’s credibility on the world stage, turning public opinion against Indonesia’s handling of Papua. People often forget that one of the reasons why Western governments decided to no longer back Indonesia’s occupation of East Timor (may Henry Kissinger burn in hell) was because of the Santa Cruz massacre, in which Indonesian soldiers gunned down unarmed protesters that killed about at least 250 civilians, with footage of the massacre causing international outcry as well as pressure on Western governments to cut their support for Indonesia, similar to what we’re seeing in Gaza right now.
If your goal IS the integrity of the current Indonesian borders, then you should scream out of the top of your lungs to say that shit like this is unacceptable, because this just leads to the opposite effect.
Moral Arguments
As far as moral arguments go, it essentially boils down to this, torture is morally bad, no exceptions.
For one, torture has terrible effects on the victim. Physically, it can lead to chronic pain, brain damage, hearing and vision loss, cardiovascular and respiratory problems, and physical scars. It also psychologically traumatizes the victim, causing them to have depression, PTSD, sleep deprivation, and in the case of stripping the victim naked, strips them of their identity and causes shame.
Two, torture also affects society at large, as the use of torture can lead to its continued and increased use. If soldiers are allowed to torture someone without any consequences, that leads to the entire military feeling that they can get away with it, leading to more cases like Defianus.
The military should not have leeway when it comes to using extrajudicial punishments, as there’s the rule of law when it comes to stuff like this. The use of torture is a violation of the law itself, as Indonesia is a party of the ICCPR (International Covenant on Civil and Political Rights), which among other things include the prohibition of torture, as well as of UNCAT (United Nations Convention Against Torture). Heck even in the 1945 constitution of Indonesia itself, at verse 28G of chapter 10A (which is a chapter that focuses solely on human rights), it explicitly states the right to be free from torture.
“BuT HAM iS JuSt WeSTeRn SJW ProPagAnda” Pancasila&Orba_supporter_#315645, I dare you say that to our founding fathers.
If we legitimize extrajudicial torture as a legitimate form of punishment by the armed forces, who’s to say that the same tactics can’t be applied to you when you’re, say, protesting or criticizing the government? It sets a bad precedent that your civil rights don't need to be taken into account when it comes to the military or authorities for that matter, as well as further creating a culture of impunity among the military and police. I’m sure most of us here don’t want the return of the Orba regime.
Even if the victim was in fact a KKB member who has done some heinous shit, torture in general, aside from being a bad way to make someone tell the truth as it just leads to people lying in order to escape the pain, is just a harm to the individual and society as a whole, hence why I think it should be universally opposed.
Conclusion
So yeah, that about wraps up the main part of my long fucking Reddit post. Normally in a situation like this, I would just write a comment on a post and call it a day, but certain comments riled up my brain that I felt the need to write this all down.
I’ve seen the same logic espoused by Zionists to justify to their ongoing genocide in Palestine by blaming Hamas being said by Indonesian ultranationalists who try to justify the torture of Papuan civilians because of the actions of the KKB, which is EXTREMELY ironic to me, considering I know that these same people would consider themselves to be Pro-Palestine.
To be extra, extra clear, the killing of civilian workers as well as the burnings of public facilities by Papuan militants are completely unjustified and also constitute war crimes. In the same breath, I’m sure that some TNI soldiers feel pain from the loss of friends to KKB gunshots. But that’s the thing though, some of those people part of KKB probably joined the group at least initially because TNI soldiers did some fucked up shit towards either them or their family and friends, but that surely doesn’t justify their attacks on civilian workers on the vague assumption that they’re “spies for the enemy”, neither should that apply for the TNI (and in case the analogies weren’t obvious enough, this also applies to both Hamas and the IDF).
The insane number of comments, lies, and abuses that were levied against the Rohingya Refugees that landed in Aceh by netizens as well as Acehnese students shows to me how dehumanization rhetoric can affect basically everyone, it just depends on how susceptible you are to it. It’s the main reason why I decided to make this post in the first place. We shouldn’t fall into dehumanization rhetoric of an entire group of people just because of the actions of a few. Terrorism committed by the TPNPB should not give the military impunity to do whatever they want, and vice versa for that matter. If we do, we end up using the same justifications that Zionists use.
Di sila kedua Pancasila, dibilangnya kalau semua kemanusiaan itu adil dan beradab. Which to me certainly suggests that all people have equal rights, a.k.a., HAM (gasp, scary acronym). I’m not sure if ultranationalists Orba types who defend TNI soldiers torturing civilians and tell protesting students at BEM UI to KKN to Papua realize that they’re going against a literal principle of Pancasila but guess we all have our blind spots.
A few of the responses to this post will say that I’m just a stupid, unpatriotic, SJW who’s out of touch with the real situation in Papua, and maybe I am, but hey, at least I’m not a war crime apologist.
submitted by Xanimal123 to indonesia [link] [comments]


2024.04.07 21:13 Alarmed-Barracuda125 cerita kampung

ongeng cerita rakyat yang pertama adalah cerita Malin Kundang. Cerita bercerita tentang seorang anak yang bernama Malin Kundang. Malin Hidup bersama ibunya di sebuah desa pesisir pantai Sumatera Barat.
Setelah beranjak dewasa, malin merantau ke kota dengan tujuan agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Setelah beberapa tahun, Malin Kundang kini sudah sukses dan hidup berkecukupan di kota, bahkan dia sudah menikah dengan putri dari seorang bangsawan.
Setelah menikah, istri Malin Kundang yang sedang hamil menginginkan untuk berlibur ke pantai. Karena sangat mencintai istrinya, Malin Kundang dan istrinya pergi berlibur ke pantai dan ternyata pantai tersebut adalah desa dimana ibu Malin Kundang tinggal.
Setibanya di pantai, ibu Malin Kundang yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu anaknya, dan melihat dari kejauhan bahwa Malin Kundang datang, langsung menghampiri dan memeluknya.
Pada saat tersebut, Malin Kundang merasa malu dan tidak mau mengakui ibunya yang berasal dari desa. Sempat terjadi perdebatan antara mereka, ibu Malin Kundang pun kemudian merasa sedih sekaligus marah anaknya kini tidak mengakui dirinya sebagai ibunya.
Ibu Malin Kundang kemudian berdoa dan mengutuk Malin Kundang menjadi batu. Sembari menyesali perbuatannya yang sudah terlambat, dengan posisi bersujud Malin Kundang kini ternyata sudah berubah menjadi batu.
Melalui dongeng cerita rakyat Malin Kundang ini, anak-anak akan belajar agar tidak durhaka kepada orang tua mereka. hasil, Dayang Sumbi menggunakan syal ajaibnya untuk membuat cahaya dari timur sehingga seolah-olah fajar telah tiba. Sangkuriang merasa gagal untuk memenuhi syarat pernikahan dari Dayang Sumbi.
Sangkuriang yang merasa kesal dan gagal memenuhi persyaratan pernikahan dari Dayang Sumbi kemudian menendang perahu tersebut hingga terbalik dan perahu tersebut berubah menjadi gunung yang kini dikenal Gunung Tangkuban Perahu.
Sangkuriang tetap memaksa Dayang Sumbi untuk menikah, hal ini membuat Dayang Sumbi berusaha kabur dari Sangkuriang. Agar selamat dari kejaran Sangkuriang, Dayang Sumbi meminta bantuan kepada tuhan untuk membantunya.
Permintaan tersebut kemudian terkabul dan Dayang Sumbi berubah menjadi bunga Jaksi dan Sangkurian gagal menemukannya.

4. Dongeng Cerita Rakyat Roro Jonggrang

hasil, Dayang Sumbi menggunakan syal ajaibnya untuk membuat cahaya dari timur sehingga seolah-olah fajar telah tiba. Sangkuriang merasa gagal untuk memenuhi syarat pernikahan dari Dayang Sumbi.
Sangkuriang yang merasa kesal dan gagal memenuhi persyaratan pernikahan dari Dayang Sumbi kemudian menendang perahu tersebut hingga terbalik dan perahu tersebut berubah menjadi gunung yang kini dikenal Gunung Tangkuban Perahu.
Sangkuriang tetap memaksa Dayang Sumbi untuk menikah, hal ini membuat Dayang Sumbi berusaha kabur dari Sangkuriang. Agar selamat dari kejaran Sangkuriang, Dayang Sumbi meminta bantuan kepada tuhan untuk membantunya.
Permintaan tersebut kemudian terkabul dan Dayang Sumbi berubah menjadi bunga Jaksi dan Sangkurian gagal menemukannya.

4. Dongeng Cerita Rakyat Roro Jonggrang

submitted by Alarmed-Barracuda125 to u/Alarmed-Barracuda125 [link] [comments]


2024.04.07 04:57 Famous_Comfort_7129 arkka wkewk

Di sebuah kota kecil yang tenang, hiduplah seorang pria bernama Arka. Arka adalah sosok yang pemalu dan pendiam. Sejak kecil, Arka selalu merasa canggung dalam berinteraksi sosial dan lebih memilih untuk menyendiri daripada bergaul dengan orang lain.
Namun, di balik sifatnya yang tertutup, Arka memiliki hati yang hangat dan penuh dengan impian. Dia selalu bermimpi untuk memiliki seseorang yang dapat dia bagikan cerita hidupnya, seseorang yang dapat dia panggil sebagai kekasih.
Suatu hari, takdir membawanya bertemu dengan seorang wanita yang mengubah hidupnya: Nisa. Nisa adalah sosok yang ceria dan ramah, kebalikan dari Arka. Namun, entah mengapa, Arka merasa nyaman di sekitar Nisa. Meskipun canggung pada awalnya, Arka mulai memendam perasaan yang dalam terhadap Nisa.
Namun, tantangan besar menanti Arka. Dia tahu bahwa untuk mendapatkan hati Nisa, dia harus melangkah keluar dari zona nyamannya dan mengatasi ketakutannya. Arka memutuskan untuk memulai pendekatan yang perlahan-lahan. Dia memperhatikan minat dan hobi Nisa, dan berusaha untuk terlibat dalam percakapan yang menyenangkan dengannya.
Meskipun terkadang merasa gugup dan tidak percaya diri, Arka terus berusaha. Dia mengirim pesan singkat ke Nisa, mengajaknya untuk makan malam atau sekadar jalan-jalan di taman. Meskipun seringkali dihadapkan dengan penolakan, Arka tidak menyerah. Dia menyadari bahwa proses mendapatkan hati seseorang membutuhkan waktu dan kesabaran.
Setiap langkah kecil yang dia ambil membawa Arka lebih dekat pada tujuannya. Dia mulai merasakan bahwa hubungan mereka semakin akrab dan hubungan persahabatan mereka semakin erat. Arka berharap bahwa suatu hari nanti, Nisa juga akan melihatnya sebagai lebih dari sekadar teman.
Dan pada suatu hari yang cerah, Arka akhirnya mendapatkan jawaban atas segala usahanya. Nisa memberikan sinyal bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama terhadap Arka. Mereka berdua saling mengakui perasaan mereka dan mulai menjalani hubungan yang lebih dari sekadar persahabatan.
Bagi Arka, itu adalah momen yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Setelah melewati perjalanan yang panjang dan penuh tantangan, dia akhirnya menemukan cinta sejatinya dalam sosok Nisa. Dan dari situlah, kisah cinta mereka dimulai, diwarnai dengan keberanian, kesabaran, dan ketulusan yang membawa mereka pada akhir yang bahagia.
submitted by Famous_Comfort_7129 to u/Famous_Comfort_7129 [link] [comments]


2024.04.06 21:05 SeesawNormal7584 Cerita II

Suasana hutan yang tadinya damai tenteram, seketika menjadi neraka bagi semua hewan. Asap hitam pekat yang mulai menyelimuti seluruh hutan ini. Suhu udara mulai panas, membuat para hewan makin berteriak nyaring.
Bora panik bukan main. Sambil mengikuti langkah Pipin, matanya bergerak ke sana-ke mari, mencari sosok ibunya.
“Pipin! Di mana ibuku?” tanya Bora.
“I-ibu … ibumu ….” Pipin tidak bisa menjawab karena sama-sama tidak tahu di mana ibu Bora berada.
submitted by SeesawNormal7584 to u/SeesawNormal7584 [link] [comments]


http://swiebodzin.info